SELAMAT DATANG DI BLOG ANJAR SETIO PURNOMO, S.Pd.

Jumat, 13 Juli 2012

CUACA DAN IKLIM

A. Pengertian Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat. Cuaca itu terbentuk dari gabungan unsur cuaca dan jangka waktu cuaca bisa hanya beberapa jam saja. Misalnya: pagi hari, siang hari atau sore hari, dan keadaannya bisa berbedabeda untuk setiap tempat serta setiap jamnya. Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca hasil analisis Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Departemen Perhubungan. Untuk negara negara yang sudah maju perubahan cuaca sudah diumumkan setiap jam dan sangat akurat (tepat).

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas. Matahari adalah kendali iklim yang sangat penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi darat dan air, tekanan tinggi dan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut dan badai. Perlu Anda ketahui bahwa ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut Klimatologi, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang keadaan cuaca disebut Meteorologi.
Cuaca (weather) dan iklim (climate) dinyatakan dengan besaran unsur fisika atmosfer yang selanjutnya disebut unsur cuaca atau unsur iklim yang terdiri dari penerimaan radiasi matahari (kerapatan flukas pada permukaan datar di permukaan bumi), lama penyinaran matahari, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan dan arah angin, penutupan awan, presipitasi (embun, hujan, salju) dan evaporasi/evapotranspirasi.
Cuaca
Cuaca adalah keadaan udara disuatu tempat yang tidak luas dan biasanya tidak berlangsung lama.
Unsur-unsur cuaca:
• Suhu udara, diukur dengan termometer.
Suhu udara harian diperoleh dengan menentukan rata-rata suhu sepanjang hari, demikian pula suhu bulanan dan tahunan.
Dari catatan suhu harian didapatkan:
- menjelang hujan, suhu udara meningkat karena radiasi matahari tertahan oleh awan.
- Suhu udara dataran rendah lebih tinggi dari suhu udara di dataran tinggi.
- Suhu udara daerah tropik lebih tinggi dari daerah sedang dan kutub.
• Tekanan udara diukur dengan barometer.
Makin tinggi suatu tempat tekanan udaranya makin berkurang, karena lapisan udara makin tipis. Tekanan udara mempunyai satuan cm Hg, dengan standar pengukuran adalah tekanan udara permukaan laut sebesar 76,0 cm Hg. Satuan yang lain adalah milibar (mb) dimana 1 cm Hg = 13,3 mb. Jenis barometer yang mudah dipindah-pindah adalah barometer aneroid. Barometer aneroid yang dapat dipakai mengukur ketinggian dari permukaan laut disebut altimeter.
• Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara. Jumlah uap air maksimum yang dikandung udara disebut udara jenuh.
Kelembaban mutlak adalah banyaknya uap air (dalam gram) yang terkandung dalam 1 m3 udara. Kelembaban relatif adalah perbandingan antara massa uap air yang ada di udara dan massa uap air yang dikandung oleh udara jenuh.
RH = m/ms x 100%
Kelembaban relatif dipengaruhi oleh:
- kandungan uap air, makin banyak makin tinggi
- suhu udara, udara dingin akan makin tinggi.
Bila udara terus mendingin menyebabkan kelebihan uap air yang dikandung udara mengembun, menghasilkan bintik-bintik air yang melayang di udara (awan/embun). Bila terus bertambah banyak akhirnya akan turun menjadi hujan. Alat untuk mengukur kelembaban relatif udara disebut higrometer, yang bekerja berdasarkan sifar rambut ketika basah dan kering.
Cuaca adalah kondisi sesaat dari keadaan atmosfer, serta perubahan dalam jangka pendek (kurang dari satu jam hingga 24 jam) di suatu tempat tertentu di bumi. Nilai cuaca dapat dinyatakan dalam bentuk kualitatif (tanpa besaran angka) dan kuantitaif.
Nilai unsur-unsur cuaca saat demi saat selama 24 jam di suatu tempat akan menunjukkan pola siklus yang disebut perubahan cuaca diurnal (pukul 00:00 hingga 24:00). Nilai tiap unsur cuaca tersebut dapat dirata-ratakan dan menghasilkan cuaca pada tanggal tersebut.
Cuaca dicatat terus menerus pada jam-jam pengamatan tertentu secara rutin, menghasilkan suatu seri data cuaca yang selanjutnya dapat diolah secara statistika mejadi data iklim. Jadi dapat disimpulkan bahwa iklim adalah nilai statistika dari cuaca jangka panjang di wilayah luas.
Data cuaca terdiri dari data discontinue karena mudah kembali bernilai nol (0) dan data continue karena tidak mudah turun mencapai nol. Data unsur cuaca yang sifatnya diskontinyu antara lain penerimaan radiasi matahari dan lama penyinarannya, presipitasi (curah hujan, embun, dan salju) dan penguapan. Penyajian dan analisisnya dalam bentuk nilai akumulasi sedangkan penyajian grafiknya dalam bentuk kurva histogram. Data cuaca yang bersifat kontinyu antara lain: suhu, kelembaban dan tekanan udara serta kecepatan angin. Analisis dan penyajiannya dalam bentuk angka rata-rata atau angka sesaat (instantaneous) sedangkan grafiknya dalam bentuk garis/kurva.
B. Unsur-Unsur Cuaca dan Iklim
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi cuaca dan iklim, yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara dan curah hujan.
1. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub, makin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa dingin jika ketinggian bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6o C. Penurunan suhu
semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1o C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu
daerah adalah:
a. Lama penyinaran matahari.
b. Sudut datang sinar matahari.
c. Relief permukaan bumi.
d. Banyak sedikitnya awan.
e. Perbedaan letak lintang.
Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
Tx = To – 0,6 x h/100
Keterangan:
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Contoh:
Temperatur permukaan laut = 27o C. Kota X tingginya 1500 m (di Indonesia).
Tanya: Berapa temperatur rata rata kota X?
Jawab: Tx = To – 0,6 x h/100
= 27o – 0,6 x 1500/100
= 27o – 0,6 x 15
= 27o – 9o
= 18o C
Matahari merupakan sumber panas. Pemanasan udara dapat terjadi melalui dua proses pemanasan, yaitu pemanasan langsung dan pemanasan tidak langsung.
a. Pemanasan secara langsung
Pemanasan secara langsung dapat terjadi melalui beberapa proses
sebagai berikut:
1) Proses absorbs adalah penyerapan unsur-unsur radiasi matahari, misalnya sinar gama, sinar-X, dan ultra-violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi matahari tersebut adalah oksigen, nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.
2) Proses refleksi adalah pemanasan matahari terhadap udara tetapi dipantulkan kembali ke angkasa oleh butir-butir air (H2O), awan, dan partikel-partikel lain di atmosfer.
3) Proses difusi. Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar gelombang pendek biru
dan lembayung berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan langit berwarna biru.
b. Pemanasan tidak langsung
Pemanasan tidak langsung dapat terjadi dengan cara-cara berikut:
1) Konduksi adalah pemberian panas oleh matahari pada lapisan udara bagian bawah kemudian lapisan udara tersebut memberikan panas pada lapisan udara di atasnya.
2) Konveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke atas.
3) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang horizontal (mendatar).
4) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang tidak teratur dan berputar-putar ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan kembali ke atmosfer.
Iklim adalah sintesis atau kesimpulan atau rata-rata perubahan unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah.Sintesis tersebut dapat diartikan pula sebagai nilai statistik yang meliputi antara lain nilai rata-rata, maksimum, minimum, frekuensi kejadian, atau peluang kejadian dari cuaca. Iklim dapat pula diartikan sebagai pola kebiasaan serta perubahan cuaca di sutau tempat atau wilayah.
Mengingat iklim adalah sifat cuaca dalam jangka waktu panjang pada tempat tertentu atau daerah yang luas, maka data cuaca yang digunakan hendaklah mewakili keadaan atmosfer seluas mungkin di tempat atau wilayah yang bersangkutan. Demikian pula datanya haruslah murni dan terhindar dari gangguan lokal.
Pada prinsipnya data iklim harus terbentuk dari data cuaca yang dapat mewakili (representative) secara benar keadaan atmosfer suatu tempat atau wilayah luas dan dalam jangka waktu sepanjang mungkin. Orgainsasi Meteorologi Sedunia (World Meteorological Organization, WMO) merekomendasikan jangka waktu minimum 30 tahun.
1. Hujan Konvektif, Terjadi di daerah tropis pada musim kemarau dimana udara yang berada dekat dengan permukaan tanah mengalami pemanasan yang intensif. Pemanasan menyebabkan rapat massa berkurang, sehingga udara basah naik ke atas dan mengalami pendinginan sehingga terjadi pendinginan dan kondensasi.
2. Hujan Siklonik, Terjadi jika massa udara yang relatif ringan bertemu dengan massa udara yang relatif berat, maka udara panas yang lembab dan ringan akan bergerak ke atas udara yang dingin dan berat sehingga terjadilah kondensasi dan terjadilah hujan. Hujan siklonik mempunyai sifat terjadi dalam waktu pendek dan penyebaran terbatas.
3. Hujan Orografik, Jika massa udara lembab terangkat ke atas oleh angin yang terangkt karen adanya gunung, pegunungan, daratan tinggi sehingga terbentuk awan dan hujan. Sisi gunung yang dilalui oleh udara tersebut banyak mendapat hujan yang disebut lereng hujan sedangkan sisi belakangnya yang dilalui udara kering disebut lereng bayangan hujan.

ORGANISASI PERGERAKAN NASIONAL

Budi Utomo
Didirikan tanggal 20 mei 1908 [sekarang Hari Kebangkitan Nasional] Didirikan dr. Sutomo, dr. Ciptomangunkusumo, dan dr. Gunawan [pelajar STOVIA]
Sarekat Islam
Semula bernama SDI, yg didirikan di Surakarta 1909. Oleh KH. Samanhudi
* Bidang agama dan perdagangan
* 1911, SDI berubah jadi Sarekat Islam.
* Dipimpin HOS. Cokroaminoto
* Tokoh lain: H. Agus Salim, Abdul Muis. Indische Partij
* Didirikan RM. Suwardi Suryaningrat, dr Cipto Mangunkusumo, EFE. Douwes Dekker, 1912, Bandung.

* Suwardi Suryaningrat mengkritik perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda dengan tulisan Als ik een Nederlander was [andai aku seorang Belanda]
* Kihajar Dewantara, dr. Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dibuang ke Belanda.
Perhimpunan Indonesia [tadinya bernama Indische vereeniging]
* Didirikan oleh pelajar Indonesia di negeri Belanda 1922.
* Tokoh: Moh. Hatta, Ahmad Subardjo, Natzir Pamontjak, Abdul Majid Joyodiningrat.
* PI menuntut Indonesia Merdeka 1926, anggota PI mengikuti Kongres Liga Anti Imperialisme di Brussel, Belgia. Pemimpin PI akhirnya ditangkap Belanda, tetapikembali dibebaskan, karen tidak terbukti bersalah
Indische Sociaal Democratische Vereeniging [ISDV]
*Dikembangkan Sneevliet
* ISDV melakukan penetrasi ke tubuh organisasi pergerakan, antara lain SI, melalui Semaun dan Darsono.
* SI pecah jadi 2: * SI Merah condong ke paham sosialis * SI putih mempertahankan asas dan tujuan SI
* Semaun adalah pimpinan SI Merah, setelah kelusr dari SI Merah ia mendirikan PKI PKI berkaitan dengan komitern di Moscow, Uni Soviet.
* PKI mempengaruhi petani dan rakyat kecil
* 1926, pemberontakan PKI di Madiun. Oleh Alimin dan Tan Malaka, tapi gagal.
PNI
* Didirikan tahun 1927, Bandung.
* Oleh pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club dengan ketua Ir. Soekarno.
* PNI membahayakan Belanda. Maka tokoh-tokoh PNI ditangkap dan dimasukkan dalam penjara Sukamiskin, Bandung. Dalam penjara Ir. Soekarno menulis pidato "Indonesia Menggugat"
* Ir. Soekarno diganti oleh Mr. Sartono. Mr. sartono kemudian membubarkan PNI dan membentuk Partindo.
* Moh. Hatta yang tidak setuju pembentukan Partindo membentuk PNI Baru
* Ir. Soekarno bergabung dengan Partindo.
* Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang ke Endi, Flores. Moh. Hatta dan Syahrir dibuang ke Bandaneira.
Organisasi yang bersifat kooperatif
PBI, GAPI, Parindra.
Perjuangan organisasi melalui Volksraad, 1918. Masa Gubernur Tjarda Van Starkeborgh. Tujuannya mendapat perwakilan rakyat Indonesia dalam pemerintahan Organisasi pergerakan dalam bidang sosial, pendidikan, keagamaan dan kewanitaan
* Muhammadiyah, Taman Siswa, INS, NU, Sekolah Kautamaan Istri, Wanita Susilo, dll
* Organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan : Tri Koro Dharmo[yang pertama], Jong sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Java, Jong Batak, Jong Pasundan,dll
MASA BERTAHAN PERGERAKAN NASIONAL MENJELANG RUNTUHNYA HINDIA BELANDA (1930-1942)
Sejarah Indonesia sejak tahun 1908 memulai babak baru, yaitu babak pergerakan nasional. Hal itu ditandai dengan berdirinya Budi Utomo. Tiga tahun setelah Boedi Oetomo lahir, tahun 1911 berdiri organisasi bagi orang-orang Islam di Indonesia, yaitu Sarekat Dagang Islam (SDI) di Solo oleh Haji Samanhudi. Lalu namanya dirubah menjadi Sarekat Islam untuk menarik anggota lebih banyak. Selain organisasi yang disebut diatas masih banyak organisasi lain yang didirikan baik bersifat kooperatif maupun radikal, baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri. Tetapi tujuan dari organisasi tersebut hampir sama yaitu kemerdekaan Indonesia walaupun tidak terang-terangan diungkapkan. Masa pergerakan nasional di Indonesia terbagi menjadi tiga masa. Dari masa kooperatif, masa radikal, terakhir masa bertahan.
Banyak sekali organisasi-organisasi radikal yang melakukan aksinya. Antara lain yaitu ISDV. ISDV adalah organisasi yang berhaluan komunis. Pergerakannya sangat radikal. Organisasi pergerakan nasional lainnya yang palin berpengaruh bagi perkembangan bangsa yaitu PNI. PNI dipelopori tokoh yang sangat gigih memperjuangkan kemerdekaan yaitu Bung Karno. Tetapi akhirnya karena Gubernur Jenderal pada saat itu sangat reaksioner terhadap pergerakan maka organisasi ini dinyatakan terlrang dan tokoh-tokohnya diasingkan. PNI meruoakan organisasi yang terakhir yang menandai berakhirnya masa pergerakan radikal.
A. BERAKHIRNYA MASA NONKOOPERASI
Pada masa awal tahun 1930-an pergerakan kebangsaan Indonesia mengalami masa krisis. Keadaan seperti itu disebabkan beberapa hal. Pertama, akibat krisi ekonomi atau malaise yang melanda dunia memaksa Hindia Belanda untuk bertindak reaksioner dengan tujuan menjaga ketertiban dan keamanan. Dalam rangka kebijakan itu, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan beberapa pasal-pasal karet dan exorbitante rechten secara lebih efektif. Kedua, diterapkannya pembatasan hak berkumpul dan berserikat yang dilakukan pengawasan ekstra ketat oleh polisi-polisi Hindia Belanda yang diberi hak menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh pattai politik. Selain itu juga dilakukan pelarangan bagi pegawai pemerintah untuk menjadi anggota partai politik. Ketiga, tanpa melalui proses terlebih dahulu Gubernur Jenderal dapat menyatakan suatu organisasi pergerakan atau kegiatan yang dilakukannya bertentangan dengan law and order sesuai dengan Koninklijk Besluit tanggal 1 September 1919. Peraturan itu merupakan modifikasi dari pasal 111 R.R. (Regrering Reglement). Keempat, banyak tokoh pergerakan kebangsaan di Indonesia yang diasingkan, seperti Soekarno, Hatta, dan Syahrir.
Hal diatas menjadi semakin parah ketika Hindia Belanda diperintah Gubernur Jenderal yang konservatif dan reaksioner yaitu de Jonge (1931-1936). . Periode awal 1932 sampai dengan pertengahan 1933 tidak hanya ditandai oleh perpecahan gerakan nasionalis serta kegagalan usaha pengintegerasian organisasi-organisasi nasionalis, tetapi juga oleh aksi politik yang semakin meningkat terutama sebagai dampak politik agitasi yang dijalankan oleh Soekarno. Tetapi dalam hal ini, Gubernur Jenderal de Jonge secara konsekuen menjalankan politik “purifikasi” atau “pemurnian” artinya menumpas segaa kecenderungan ke arah radikalisasi dengan agitasi massa dan semua bentuk nonkooperasi . Maka dari itulah gerak-gerik Partindo dan PNI Baru senantiasa diawasi secara ketat. Aksi massa dan politik agitasi Soekarno selama lebih kurang satu tahun dari pertengahan 1932 sampai pertengahan 1933 merupakan titk puncak perkembangan Partindo. Jumlah anggotanya naik dari 4.300 menjadi 20.000 orang. Soekarno dkk juga melakukan safari ke 17 cabang di Jawa Tengah untuk berbicara di muka rapat yang penuh sesak. Dalam pidatonya Soekarno banyak membicarakan tentang kemerdekaan Indonesia.
Dalam situasi yang semakin panas dapat diduga bahwa penguasa sudah siap untuk bertindak. Tindakan pertama adalah ialah pemberangusan surat kabar Fikiran Rakyat pada tanggal 19 Juli 1933 yang membuat sebuah cartoon. Pada 1 Agustus semua rapat Partindo dan PNI Baru dilarang dan hari tu juga Soekarno ditahan. Selanjutnya pada bulan Desember 1933 Moh. Hatta dan Sjahrir ditangkap. Dengan tangan besinya Gubernur Jenderal de Jonge hendak mempertahankan otoritasnya, sehingga setiap gerakan yang bernada radikal atau revolusioner tanpa ampun ditindasnya dengan alasan bahwa pemerintah kolonial bertanggunng jawab atas keadaan di Hindia Belanda, dan baginya dibayangkan bahwa dalam masa 300 tahun berikutnya pemerintah itu akan masih tegak berdiri . Politik represifnya berhasil menghentikangerakan politik nonkooperasi sama sekali.
Dalam hubungan ini perlu ditambahkan bahwa selama dalam tahanan, Soekarno~menurut dokumen-dokumen arsip kolonial~telah menulis surat kepada pemerintah Hindia Belanda sampai empat kali, yaitu tanggal 30 Agustus, 3, 21, dan 28 September yang kesemuanya memuat pernyataan bahwa dia telah melepaskan prinsip politik nonkooperasi, bahkan selanjutnya tidak lagi akan melakukan kegiatan politik. Sudah barang tentu hal itu menggemparkan kaum nasionalis serta menimbulkan bermacam-macam reaksi. Ada yang penuh keheranan atau kekecewaan, ada pula yang merasa jengkel atas perubahan sikap yang berbalik 180 derajat itu.[2]
B. REORIENTASI STRATEGI DAN REORGANISASI PERGERAKAN
Pemerintah Hindia Belanda tidak bersedia memulihkan hak politik bagi pergerakan nasional di Indonesia. Tetapi Hindia Belanda masih membiarkan organisasi pergerakan yang moderat untuk hidup. Hal itu juga disebabkan beberapa hal seperti menjamin demokrasi yang makin tumbuh pasca Perang Dunia I, keamanan yang diciptakan organisasi itu, dan sebab-sebab lainnya yang dianggap tidak merugikan pihak Hindia Belanda. Pemerintah Belanda tidak hendak mematikan pergerakan di Indonesia. Mereka tahu bahwa perasaan rakyat yang tidak tersalurkan karena dibungkam oleh pemerintah akan mencari jalan lain yang dapat menimbulkan gerakan-gerakan eksplosif yang tidak diinginkan. Pemerintah Hindia Belanda hanya hendak melemahkan aktivitas prgerakan yang bersifat radikal-revolusioner. Yang diharapkan oleh pemerintah kolonial adalah semacam nasionalisme yang lunak dan kompromis, yang dapat digunakan sebagai alat untuk membendung perasaan rakyat yang membara dan menyalurkan ke arah pergerakan yang tidak membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda.[3]
Kita lihat bagaimana pemerintah Hindia Belanda tidak menghilangkan pergerakan nasional di Indonesia tetapi dilemahkan dengan mengadakan vergaderverbod (larangan berkumpul). Tokoh-tokoh pergerakan Indonesia banyak yang diasingkan sehingga ruang gerak baginya dan organisasinya semakin sempit. Akan tetapi hal itu tidak membuat pergerakan nasional berhenti.
Sementara itu suasana politik dunia semakin tegang, tambahan pula Jepanag dengan pemerintahan militernya menjalankan pula politik ekspansionisme di daerah pasifik. Baik di negeri Belanda maupun di Indonesia kaum nasionalis menyadari bahwa dalam menghadapi fasisme tidak adaalternatif lain daripada memihak demokrasi. Maka dari itu perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dilakukan secara mutlak bersikap anti. Ada kebersamaan yang mendekatkan kaum nasionalis dengan penguasa kolonial, yaitu mempertahankan demokrasi terhadap bahaya fasisme. Kesadaran itu muncul lebih dahulu di kalangan Perhimpunan Indonesia yang mulai melakukan haluan kooperasi. Pergerakan nasional yang berada di Indonesia juga mulai bersikap kooperatif.
C. AKTIVITAS PERGERAKAN
Sejak tahun-tahun 1930-an peranan lembaga politik kolonial (Volksraad) makin meningkat. Lembaga itulah yang satu-satunya alat yang dibenarkan pemerintah kolonial untuk menyuarakan kepentingan-kepentingan pelbagai golongan. Sebab itu suara yang muncul dalam volksraad yang berasal dari golongan cooperatie itu sangat penting untuk mengetahui pemikiran-pemikiran bangsa Indonesia sejak sekitar tahun 1930 sampai 1942. Dalam masa dari tahun 1935 sampai 1942, partai-partai politik bangsa Indonesia menjalankan taktik-taktik parlementer yang moderat. Hanya organisasi-organisasi nonpolitik dan partai-partai yang bersedia bekerjasama dan setuju punya wakil dalam dewan-dewan ciptaan Belanda yang terjamin mendapat sedikit kekebalan dari gangguan pengawasan polisi. Dan satu-satunya forum yang secara relatif bebas menyatakan pendapat politik adalah dewan perwakilan ciptaan pemerintah kolonial Belanda itu. Dengan demikian, satu-satunya cara bagi gerakan nasionalis untuk mengusahakan perubahan ialah dengan jalan mempengaruhi pemerintah kolonial Belanda secara langsung melalui dewan tersebut, tidak dengan mengatur dukungan massa.[4]
Tokoh-tokoh pergerakan mulai memunculkan ide tentang pembentukan Fraksi Nasional di dalam volksraad. Akhirnya fraksi ini dapat didirikan tanggal 27 Januari 1930 di Jakarta beranggotakan 10 orang yang berasal dari daerah Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.
1. Petisi Soetardjo
Gagasan dari petisi ini dicetuskan oleh Sutardjo Kartohadikusumo, Ketua Persatuan Pegawai Bestuur/ Pamongpraja Bumiputera dan wakil dari organisasi ini di dalam sidang Volksraad pada bulan Juli 1936. Isi petisi itu secara garis besar adalah tentang permohonan supaya diadakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan Negeri Belanda di mana anggota-anggotanya mempunyai hak yang sama.
Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana yang isinya adalah pemberian kepada Indonesia suatu pemerintahan yang berdiri sendiri dalam batas pasal 1 Undang-undang Dasar Kerajaan Belanda. Petisi itu ada yang menyetujui dan ada yang tidak. Kalau dari pihak Indonesia ada yang tidak setuju, maka alasannya bukanlah soal isi petisi itu tetapi seperti yang diajukan oleh Gesti Noer ialah caranya mengajukan seperti menengadahkan tangan. Antara tokoh-tokoh Indonesia terjadi pro-kontra tentang petisi itu. Tetapi akhirnya petisi Soetardjo ditolak oleh Ratu Belanda pada bulan November 1938.
2. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Meskipun akhirnya Petisi Soetardjo itu ditolak, petisi itu ternyata mempunyai pengaruh juga yaitu membantu membangkitkan gerakan masionalis dari sikap mengalah yang apatis yang telah menimpanya sejak gerakan nonkooperasi dilumpuhkan. Suatu gagasan untuk membina kerjasama diantara partai-partai poltik dalam bentuk federasi timbul kembali pada tahun 1939. Pada tanggal 21 Mei 1939 di dalam rapat pendirian konsentrasi nasional di Jakarta berhasilah didirikan suatu organisasi yang merupakan kerjasama partai-partai politik dan organisasi-organisasi dengan diberi nama Gabungan Politik Indonesia (GAPI). [7] Tujuan GAPI adalah memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri dan persatuan nasional. Kemudian tujuan itu dirumuskan dalam semboyan “Indonesia Berparlemen”. Sikap kurang menentukan kemerdekaan itu disebabkan adanya keprihatinan atas kemungkinan meletusnya Perang Pasifik. GAPI melakukan berbagai kampanye yang bertujuan menarik simpati rakyat untuk mendukung perjuangannya di dalam ketatanegaraan. Pada tanggal 14 September 1940 dibentuklah komisi untuk menyelidiki dan mempelajari perubahan-perubahan ketatanegaraan (Commissie tot bestudeering van staatsrechtelijke). Komisi ini diketuai oleh Dr. F.H Visman, selanjutnya dikenal dengan nama Komisi Visman.
Pada awal pembentukannya, kalangan pergerakan mempertanyakan keberadaan kegunaan komisi itu. Akhirnya Komisi Visman menghasilkan laporan yang cukup tebal tentang berbagai tuntutan dan harapan-harapan rakyat Indonesia. Laporan itu terbit pada tahun 1942 hanya beberapa minggu sebelum kedatangan tentara Jepang ke Indonesia, sehingga laporan tersebut tidak jelas nasibnya.
3. Mosi Thamrin
Pergerakan nasional terus berkembang dengan semakin meningkat dan mendalamnya kesadaran akan identitasnya. Dalam keadaan yang demikian, istilah-istilah Hindia Belanda (Nederlandsch Indie), pribumi (Inlander), atau kepribumian (Inlandsch) sangat sensitif di mata kaum pergerakan yang kesadaran akan identitasnya sudah mendalam. Mosi Thamrin mengusulkan agar istilah-istilah tersebut diganti dengan Indonesie (Indonesia), Indonesier (bangsa Indonesia) dan keindonesiaan (Indonesisch), khususnya di dalam dokumen-dokumen pemerintah. Keberatan pemerintah terhadap mosi ini adalah bahwa perubahan istilah itu membawa implikasi politik dan ketatanegaraan, seperti apa yang termaktub dalam UUD Kerajaan Belanda. Di samping itu ada argumentasi “ilmiah” ialah bahwa Indonesia bukan nama geografis, dan bangsa Indonesia juga tidak menunjukan pengertian etnologis.
D. SIKAP PEMERINTAH KOLONIAL
Dalam menanggapi berbagai bentuk petisi dan mosi dari berbagai tokoh pergerakan yang melakukan kooperasi di dalam volksraad, ternyata sikap pemerintahan kolonial sangat mengecewakan. Akibatnya bagi bangsa Indonesia ialah pada satu pihak jurang antara pemerintah dan rakyat semakin besar dan dipihak lain gerkan nasionalis semakin menyadari bahwa tidak dapat lagi orang menruh harapan kepada penguasa kolonial. Jadi harus semakin berpaling kepada masyarakat sendiri. Pada saat Belanda dikuasai Jerman sedangkan di Asia terhadap ancaman Jepang semakin nyata, ternyata sikap pemrintahan Belanda tetap tidak berubah. Pemerintahan kolonial Belanda ternyata tidaklah sekhawatir yang diduga orang Indonesia mengenai situasi Internasional. Pemerintah kolonial meremehkan ancaman dari Jepang Andaikata mereka takut kalah, tidak ada kemungkinan ketakutan ini akan mendorong para penguasa kolonial untuk merangkul kaum nasionalis, yang mereka benci dan curigai. Yang paling mungkin dijanjikan Belanda ialah untuk mempertimbangkan perubahan konstistusi setelahberperang.

Hubungan Sosial

1. Pengertian Hubungan Sosial Adalah : Suatu kegiatan yang menghubungkan kepentingan antarindividu, individu dengan kelompok atau antar kelompok yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat menciptakan rasa saling pengertian dan kerja sama yang cukup tinggi, keakraban, keramahan, serta menunjang tinggi persatuan dan kesatuan bangsa.
Contoh hubungan sosial Adalah gotong royong, kepekaan sosial.

Bentuk-Bentuk Hubungan Sosial
1) Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok sosial : Paguyuban, Patembayan.
2) Bentuk hubungan sosial berdasarkan klasifikasi
Antar kelompok : Fisiologis dan kebudayaan.
3) Bentuk hubungan sosial berdasarkan dimensi antar kelompok : demografi dan sikap.
4) Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok mayoritas dan minoritas.
5) Bentuk-bentuk hubungan sosial berdasarkan ras, rasisme, dan rasialisme : ras & rasisme.
6) Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok etnik.
7) Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok dimensi sejarah : Etnosentrisme & persaingan.
8) Bentuk hubungan sosial berdasarkan pola hubungan sosial antar kelompok : Akulturasi.
9) Bentuk hubungan sosial berdasarkan kelompok sosial : Prasangka & Institusi.

2. Pengertian
kebutuhan integrative Adalah : kebutuhan manusia untuk menyalurkan kemampuannya sebagai makhluk pemikir & bermoral yang berfungsi untuk mengintegrasikan berbagai kebutuhan dan kebudayaan menjadi satu kesatuan sistem yang bulat dan menyeluruh serta masuk akal bagi para pendukungnya.

b. Contoh kebutuhan integrative
Adalah : rekreasi dan hiburan, perasaan benar / salah, perasaan adil / tidak adil, serta perasaan kolektif / kebersamaan.
3. Pengertian kebutuhan sosial adalah : Kebutuhan manusia untuk berinteraksi dan melibatkan diri dengan orang laut dapat hidup secara berkelompok.
Contoh kebutuhan sosial
Adalah : Kegiatan bersama, sistem pendidikan, berkomunikasi dengan sesama, keteraturan sosial dan kontrol sosial, serta kepuasaan batin dari suatu keberhasilan yang diperoleh. a
4. Pengertian pranata sosial
adalah : Seperangkat aturan / tata cara dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

b. Fungsi pranata sosial
(1) Menurut Soebjono Soefanto, yaitu :
 memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana harus bersikap / bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul dan berkembang dilingkungan masyarakat, terutama yang menyangkut hubungan pemenuhan kebutuhan.
(2) Menurut Horton dan Hunt, yaitu :
fungsi Manifes / fungsi nyata :
yaitu : fungsi pranata yang disadari dan diakui oleh seluruh masyarakat.
Fungsi Earten / terselubung :
Yaitu : fungsi pranata yang tidak disadari dan mungkin tidak dikehendaki, atau jika diakui dianggap sebagai hasil sampingan dan biasanya tidak dapat diramalkan.
c. Tipe-Tipe Pranata Sosial
1) Berdasarkan perkembangannya, yaitu :
* Crescive Institution
* Enacted institution
2) Berdasarkan sistem nilai yang diterima masyarakat, yaitu :
* Basic institution
* Subsidiary institution
3) Berdasarkan penerimaan masyarakar, yaitu :
* Approved / social sanctioned institution
* Unsactioned institution
4) Berdasarkan factor penyebabnya, yaitu :
* General institution
* Restricted institution
5) Berdasarkan fungsinya, yaitu :
* Operative institution
* Regulative institution
d. Tujuan pranata
• Menurut Koentjaraningrat, yaitu :
Untuk memenuhi kebutuhan sosial dan keberatan : untuk memenuhi kebutuhan sosial dan kekerabatan (domestic institutions). Contoh : perkawinan, keluarga, dan pengasuhan anak.

Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
• Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
• Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
• Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
• Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.
Faktor pembentuk
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang leih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
Pembentukan norma kelompok
Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Sebagaimana dalam dunia sosial pada umumnya, kegiatan dalam kelompok tidak muncul secara acak. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya, dan norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.
Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok.
STRUKTUR SOSIAL BUDAYA, PRANATA SOSBUD,
DAN PROSES SOSIAL BUDAYA
Struktur Sosial Budaya

1. Struktur sosial: pola perilaku dari setiap individu masyarakat yang tersusun sebagai suatu sistem
2. Masyarakat mrp suatu sistem sosial budaya terdiri dari sejumlah orang yang berhubungan secara timbal balik melalui budaya tertentu.
3. Setiap individu mempunyai ciri dan kemampuan sendiri, perbedaan ini yang menyebabkan timbulnya perbedaan sosial.
4. Perbedaan sosial bersifat universal, ini berarti perbedaan sosial dimiliki setiap masyarakat dimanapun.
5. Perbedaan dalam masyarakat seringkali menunjukkan lapisan-lapisan yang bertingkat.
6. Lapisan yang bertingkat dalam masyarakat disebut Stratifikasi sosial
7. Ukuran yang digunakan untuk menggolongkan penduduk dalam lapisan-lapisan tertentu yaitu:
a) Ukuran kekayaan (kaya miskin, tuan tanah penyewa, )
b) Ukuran kekuasaan (penguasa/ dikuasai) penguasa punya wewenang lebih tinggi
c) Ukuran kehormatan (berpengarug / terpengaruh) ukuran ini ada di masyarakat tradisional(pemimpin informal)
d) ukuran ilmu pengetahuan (golongan cendekiawan/ rakyat awam)
PRANATA SOSIAL
1. Pranata Sosial adalah wadah yang memungkinkan masyarakat untuk berinteraksi menurut pola perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku.-
2. Horton dan Hunt mengartikan pranata sosial sebagai suatu hubungan sosial yang terorganisir yang memperlihatkan nilai-nilai dan prosedur-prosedur yang sama dan yang memenuhi kebutuhan2 dasar teertentu dalam masyarakat.

KETERANGAN Contoh di skolah sbg lembaga sosial budaya untuk memperoleh pendidikan mempunyai aturan-aturan. setiap orang harus berperillaku sesuai dengan aturan-aturan tertentu sehingga proses pendidikan berjalan dg baik. Begitu juga di bank, mempunyai aturan sendiri, setiap karyawan hrs berperilaku sesuia dengan aturan yang berlaku.
MACAM-MACAM PRANATA SOSIAL
1. Pranata Ekonomi (memenuhi kebutuahan material) , bertani,industri, bank, koperasi dan sebagainya
2. Pranata Sosial/ memenuhi kebut. Sosial : perkawinan, keluarga, sistem kekerabatan, pengaturan keturunan.
3. Pranata politik/ jalan alat untuk mencapai tujuan bersama dlm hidup bermasyarakat. seperti sistem hukum, sistem kekuasaan, partai, wewenang, pemerintahan
4. Pranata pendidikan/memnuhi kebutuahn pendidikan, seperti PBM, sistem pengetahuan, aturan, kursus, pendidikan keluarga, ngaji.
5. Pranata kepercayaan dan agama/ memenuhi kebutuhan spiritual. seperti upacara semedi, tapa, zakat, infak, haji dan ibadah lainnya.
6. Pranata Kesenian/ memenuhi kebutuhan manusia akan keindahan, seperti seni suara, seni lukis, seni patung, seni drama, dan sebagainya
KONTROL SOSIAL
1. Berfungsi sbg alat agar anggotanya taat dan patuh thd norma yang telah ditentukan.
2. Kontrol sosial dapat dilakukan melalui prefentif yaitu dengan meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keyakinan, thd kebenaran suatu norma.
Dapat juga dilakukan dg penanggulangan/ referensif dg jalan persuatif/ bujukan dan hukuman sanksi/ paksaan.

BEBERAPA PENGERTIAN
1. Enkulturasi adalah proses pengenalan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Sosialisasi adalah; Proses pembelajaran terhadap norma-norma yang berlaku shg dapat berperan dan diakui oleh kelompok masyarakat.
3. Instutionalisasi: proses dimana norma dan perilaku sudah menjadi kebiasaan
4. Internalisasi: norma dan perilaku sudah menjadi bagian diri pribadi, dan sudah mendarah daging.
PROSES SOSIAL BUDAYA
Hubungan antarindividu yang saling mempengaruhi dlm hal pengetahuan, sikap dan perilaku disebut interaksi sosial
Interaksi sosial terjadi apabila tindakan atau perilaku sesorang dapat mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, atau mendorong perilaku, pikiran, perasaan, emosi orang lain.
SIFAT INTERAKSI SOSIAL
1. Frekuensi interaksi makin sering makin kenal dan makin banyak pengaruhnya.
2. Keteraturannya interaksi, semakin teratur semakin jelas arah perubahan nya.
3. Ketersebaran interaksi, semakin banyak dan tersebar , semakin banyak yang dipengaruhi.
4. Keseimbangan interakasi, semakin seimbang posisi kedua belah pihak yang berinteraksi semakin besar pengaruhnya.
5. Langsung tidaknya interkasi, bila interaksi bersifat langsung kedua belah pihak bersifat aktif, maka pengaruhnya semakin besar.
INTERAKSI DAPAT MENIMBULKAN
A. Kerja sama (kooperation)
B. Persaingan (competition)
C. Pertikaian (conflik)

KOOPERATION
Kerja sama bisa terjadi bila individu atau kelompok mempunyai kesadaran akan tujuan yang sama, sehingga timbul aktivitas yang salling menunjang membantu untuk bersama-sama mencapai tujuan.
TIGA BENTUK KERJA SAMA
1. Bergaining yaitu pertukaran barang atau jasa
2. Cooptation yaitu penerimaan unsur-unsur baru sebagai salah satu cara untuk menghindari kegoncangan atau ketidak stabilan
3. Coalition yaitu penggabungan dua organisasi atau lebih yang mempunyia tujuan yang sama
ASIMILASI VS AKULTURASI
Asimilasi ; dua kelompok yang berbeda kebudayaannya saling berbaur menjadi satu kesatuan hingga menghasilkan kebudayaan baru yang berbeda dg kebudayaan aslinya.
Akulturasi: dua kelompok yang berbeda budaya saling bertemu dan melakukan kontak sosial yang intensif shg terjadi pembaharuan tanpa mengjhilangkan budaya aslinya
PERSAINGAN adalah proses sosial dimana dua individu atau kelompok berusaha mencari sesuatu yang menjadi pusat perhatian massyarakat tanpa kekerasan dan ancaman. contoh: dua orang siswa sama-sama memusatkan perhatiannya untuk memperoleh nilai IPS tertingi
KONFLIK
Pertentangan antar individu atau kelompok baik yang terlihat dg jelas /terbuka (perkelaian ) maupun yang tidak.
Akomodasi: usaha untuk mencegah, mengurangi, menghindari, dan menghentikan pertentangan

Akomodasi Dapat Dilakukan Dengan Cara:
1. Mediation: penyelesaian pertikaian dengan menggunakan pihak ketiga sebagai wasit yang netral.
2. Arbitration: penyelesaian pertikaian dengan menggunakan pihak ketiga yang statusnya lebih tinggi
3. Consiliation: mempertemukan pihak yang berselisih untuk mencapai suatu persetujuan bersama
4. Toleransi: saling menyadari untuk menghindari pertikaian
5. Stalemat: menyadari akan adanya kekuatan yang seimbang sehingga kalau diteruskan tidak akan ada yang menang dan yang kalah
6. Adjudication ; upaya penyelesaian perkara melalui pengadilan
A. Arti Definisi Dan Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
B. Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dar prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100%
C. Jenis & Macam Pengangguran
1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Tambahan :
Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.
Padahal, jika para politisi jeli, lahan untuk mencari dukungan suara terbesar ada di sektor pertanian dan kelautan. Namun, ketidakpekaan para elite atas pembangunan dunia pertanian atau kelautan terlihat jelas dari pos jabatan menteri di sektor pertanian, ketenagakerjaan ataupun usaha kecil dan menengah yang tidak dipegang oleh partai berkuasa. Posisi tersebut dianggap pos "kering" dibandingkan dengan, misalnya, jabatan menteri keuangan.
Sebagai contoh, semasa kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, hanya pos menteri tenaga kerja yang diisi oleh kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Saat ini, tidak ada posisi menteri dari tiga sektor tersebut yang
dijabat oleh kader Partai Demokrat! Pengalaman sejarah kejayaan Sriwijaya dan Majapahit tampaknya menjadi jawaban persoalan penyerapantenaga kerja dan TKI. Bukankah istilah gemah ripah loh jinawi sempat dialami waktu itu ketika pertanian dan laut menjadi sumber hidup negeri ini.
Hal-hal yang paling sedikit yang dapat dikembangkan untuk menciptakan lapangan kerja bagi para penggemar sesuai pendidikannya, keterampilannya, umurnya penganggur terbuka atau setengah penganggur, atau orang yang baru masuk ke pasar kerja, dan sebagainya. Diharapkan ke depan kebijakan ketenagakerjaan dapat diubah (reorientasi) kembali agar dapat berfungsi secara optimal untuk memerangi pengangguran.
H. Data Pengangguran di Indonesia
1. Angka Pengangguran Terbuka di Indonesia
Salah satu jenis pengangguran yang bisa diukur dengan data Sakernas adalah pengangguran terbuka dan setengah pengangguran. Kali ini Penulis ingin mencoba membuat analisa sederhana dengan data terbaru yaitu Sakernas 2006 (Februari). Pengangguran terbuka artinya orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan usaha, sudah punya pekerjaan tapi belum dimulai, dan orang yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan. Dalam analisa ini juga akan disinggung tentang gender, umur dan wilayah (kota/desa).
2. Angka Pengangguran Menurut Umur
Pengangguran di Indonesia sudah mencapai 11 juta (usia 15 tahun keatas) dan 8.5 juta-nya penduduk usia 15-29 tahun. Seperti pada Histogram 1 di atas, menunjukan angka pengangguran terbuka (%) menurut umur (15 tahun ke atas, 15-29 tahun dan 30-49 tahun). Terlihat jelas bahwa pengangguran terbuka banyak terjadi di usia remaja 15 sampai 29 tahun (23%). Di usia tersebut banyak sekali lulusan sekolah yang ingin mendapatkan pekerjaan, dari yang baru lulus SMP, SMU maupun perguruan tinggi termasuk yang tidak sekolah. Sangat masuk akal jika hal ini terjadi. Sedangkan untuk usia 30-49 tahun, jumlah penganggurannya tidak terlalu tinggi (hanya4%). Angka pengangguran terbuka penduduk usia lebih dari 15 tahun ke atas sekitar10.4%. Jika kita lihat, ternyata kaum perempuan-lah yang banyak sebagai penganggur terbuka, sekitar27.6% (usia 15-29 th) atau13.7% (usia di atas 15 tahun). Hal-hal yang menyebabkan fenomena ini antara lain masih adanya diskriminasi gender, jenis pekerjaan yang tersedia kebanyakan untuk laki-laki. Hal-hal tersebut masih perlu dianalisa lebih lanjut.
Jenis & macam pengangguran
Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.
Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
c. Transmigrasi
d. Peningkatan pembangunan jalan kereta api baru, bendungan, tenaga listrik dan
pelabuhan
e. Industrilisasi
f. Tambang dan minyak tanah
g. Industri pertanian
h. Pertanian dan perikanan
i. Penanaman hutan
j. Pelayaran dan perhubungan antar pulau
D. Rencana Kasimo
Masalah yang sangat mendesak dan perlu ditanggulangi adalah penyediaan pangan. Karena itu rencana kasimo ditujukan untuk memecahkan bagaiaman Indonesia dapat mencapai swasembada pangan.
E. Rencana Urgensi Perkembangan Industri
“Rencana Urgensi perkembangan industri dan industri kecil” dicanangkan oleh Sumitno Djojohadikusumo antara tahun 1951 sampai dengan tahun 1952. rencana ini didasarkan atas pemikiran bahwa industrialisasi dipandang sebagai bagian integral dari kebijakan umum untuk menambah kekuatan ekonomi nasional yang sehat.
Konsep dasar rencana ini meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Memperbaiki dan memperkuat balai-balai penelitian dan pendidikan untuk
mempercepat perkembangan industri
2. Menambah pinjaman kepada perusahaan kerajinan rumah tangga dan industri kecil untuk memperkuat kedudukan ekonomi mereka dan memungkinkan meningkatkan mekanisme perusahaan
3. Mendirikan induk-induk perusahaan dengan bantuan langsung dari pemerintah pada pusat-pusat industri di daerah agrarian. Tujuannya untuk membimbing perusahaan-perusahaan kecil, perseorangan baik dalam proses produksi maupun pembelian bahan mentah dan penjualan barang jadi
4. Mendirikan perusahaan-perusahaan industri besar pada sector-sektor yang
dipandang penting dengan biaya pemerintah dan swasta.

Jenis Badan Usaha Dan Kegiatan Ekonomi di Indonesia

1.Jenis-Jenis Usaha Dalam Bidang Ekonomi
a. Agraris
Usaha dalam bidang agraris menggunakan lahan tanah sebagai faktor produksi utama. Misalnya pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Bidang agraris dapat menghasilkan bahan pangan seperti padi, sayur, daging, ikan dan susu. Bidang ini juga dapat menghasilkan bahan baku industri seperti tebu, cokelat kelapa sawit dan kapas.

b. Industri
Usaha bidang industri merupakan jenis usaha yang mengola bahan mentah menjadi bahan jadi, bahan mentah menjadi bahan setengah jadi, dan bahan setengah jadi menjadi bahan jadi.
• Bahan mentah adalah bahan yang perlu diolah dulu agar dapat memenuhi kebutuhan, misalnya kapas dan kayu gelondongan.
• Bahan setengah jadi adalah hasil olahan dari bahan mentah tapi masih perlu diolah lagi agar siap digunakan, contoh benag bagi industri tekstil dan tepung bagi industri roti.
• Bahan jadi adalah hasil akhir proses pengolahan yang sudah siap untuk digunakan, misalnya baju, sepeda dan televisi. Contoh Industri kecil : pengrajin sepatu, mebel, alat-alat rumah tangga, dan tahu tempe. Contoh Industri besar: perusahaan tekstil, mobil, semen dan elektronik.
c. Perdagangan
Usaha dalam bidang perdagangan adalah jenis usaha menjual barang-barang produksi kepada pihak lain tanpa mengola bahan tersebut. Misalnya pedagang beras, bahan bangunan dan makanan.
d. Jasa
Usaha bidang jasa adalah jenis usaha yang tidak menghasilkan benda melainkan memberikan pelayanan kepada pihak lain sesuai kebutuhan. Misalnya guru, dokter dan paramedis.
2. Pengelolaan Usaha
a- Usaha yang dikelola sendiri/perorangan
Usaha yang dikelola sendiri merupakan usaha yang didasarkan atas kepemilikan modal secara tunggal.
Kelebihan
1. Pemilik bebas mengatur usahanya
2. Semua keuntungan dapat dinikmati sendiri
3. Rahasia perusahaan terjamin
Kekurangan
1. Modal terbatas
2. Kemampuan tenaga pengelola terbatas
3. Kesinambungan usaha kurang terjamin
4. Semua resiko ditanggung sendiri
b. Usaha Yang Di Kelola Kelompok
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
BUMN digolongkan menjadi 3 jenis yaitu
a. Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaan ini bertujuan pelayanan kepada masyarakat dan bukan semata-mata mencari keuntungan.
b. Perusahaan Umum (Perum)
Perusahan ini seluruh modalnya diperoleh dari negara. Perum bertujuan untuk melayani masyarakat dan mencari keuntungan
c. Perusahaan Perseroan (Persero)
Perusahaan ini modalnya terdiri atas saham-saham. Sebagian sahamnya dimiliki oleh negara dan sebagian lagi dimilik oleh pihak swasta dan luar negeri.
2. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
a. Firma (Perusahaan Persekutuan)
Firma adalah badan usaha yang dimiliki oleh palaing sedikit dua orang. Kemajuan Firma dan semua resiko ditanggung bersama.
b. Persekutuan Komanditer (CV)
CV adalah badan usaha yang modalnya dimiliki oleh beberapa orang . Pemilik modal dalam CV disebut anggota. Dalam CV terdapat dua macam keanggotaan, yaitu anggota aktif dan pasif. Anggota aktif bertanggung jawab penuh terhadap jalannya perusahaan. Anggota pasif hanya sevbatas pemilik modal.
c. Perseroan Terbatas (PT)
PT adalah badan usaha yang modalnya dihimpun dari beberapa orang melalui penjualan saham. Saham adalah surat tanda bukti keikutsertaan menjadi pemilik perusahaan. Setiap pemegang saham akan mendapatkan deviden yaitu laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
3. Koperasi
Koperasi adalah usaha bersama yang memiliki organisasi berdasarkan atas azaz kekeluargaan . Koperasi bertujuan untuk menyejahterahkan anggotanya. Dilihat dari lingkunganyya koperasi dabat dibagi menjadi:
1. Koperasi Sekolah
2. Koperasi Pegawai Republik Indonesia
3. KUD
4. Koperasi Konsumsi
5. Koperasi Simpan Pinjam
6. Koperasi Produksi
Kegiatan Ekonomi Di Indonesia
1. Kegiatan Produksi
Produksi adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan. Pihak yang melakukan kegiatan produksi disebut Produsen.
2. Kegiatan Distribusi
Distribusi adalah kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Pihak yang melakukan kegitan distribusi disebut distributor.
Pihak yang melakukan distribusi antara lain:
a. Agen; pihak yang ditujukan oleh produsen untuk menyalurkan produksinya
b. Pedagang Besar; pihak yang membeli barang dengan jumlah besar kemudian dijual lagi kepada pengecer
c. Pedagang Eceran; pihak yang bmenjual barang langsung kepada konsumen
3. Kegiatan Konsumsi
Konsumsi adalah kegiatan yang menghabiskan atau menggunakan hasil produksi . Pihak yang melakukan konsumsi di sebut konsumen

Karya tulis ilmiah

Akhir-akhir ini tuntutan terhadap kemampuan menulis karya ilmiah sangat terasa sekali. Tidak. hanya dikalangan ilmuan dan sivitas akademika pada suatu perguruan tinggi saja, dikalangan, siswa SMTA pun tuntutan tersebut, sudah lama terasa. Sebagai contoh akan pentingnya kemampuan menulis karya ilmiah bagi siswa SMTA tersebut adalah kewajiban membuat paper. Tahun-tahun 1980-an kepada siswa SMTA yang akan mengikuti EBTA/EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir/Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) diwajibkan membuat sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk makalah. Siswa yang tidak dapat menyelesaikan karya tulis ilmiahnya sampai batas waktu yang telah ditetapkan tidak diperkenankan mengikuti EBTA/EBTANAS. Dengan kata lain, bagi siswa SMTA menulis karya ilmiah merupakan syarat mutlak untuk mengikuti EBTA/EBTANAS. Merupakan Suatu keharusan yang tidak dapat di tawar-tawar.
Di kalangan mahasiswa dan ilmuan tuntutan kemampuan menulis karya ilmiah jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan tuntutan yang berlaku terhadap siswa SMTA. Kalau kepada siswa SMTA tuntutan itu hanya berlaku bagi siswa yang telah duduk di kelas tiga atau yang akan mengikuti EBTA/ EBTANAS saja, maka bagi kalangan mahasiswa tuntutan tersebut berlaku untuk setiap bidang studi yang diikutinya. Bila dalam satu semester mahasiswa mengambil lima (5) mata kuliah, setidaknya mereka harus membuat lima makalah dalam jangka waktu enam bulan. Sekiranya mahasiswa yang bersangkutan mampu menyelesaikan studinya dalam kurun waktu empat tahun (delapan semester), berarti mereka harus mampu menyelesaikan 40 makalah. Bagi mahasiswa yang mengambil jalur skripsi, selain makalah yang 40 buah tersebut mereka juga membuat sebuah skripsi. Tentunya karya tulis yang sebanyak itu amat membanggakan.
Sehubungan dengan kedua persyaratan di atas, kaitan yang lebih erat adalah antara kalangan ilmuan dengan karya tulis ilmiah. Para ilmuan tidak dapat dilepaskan, dari menulis karya ilmiah. Kenyataan ini disebabkan karena menulis karya ilmiah merupakan sarana untuk menyampaikan gagasan dan hasil penelitian ilmuan tersebut. Seorang ilmuan yang tidak mampu-menyampaikan gagasan dan hasil pemikiran mereka secara tertulis, gagasan itu cenderung tidak bertahan lama. Gagasan tersebut akan hilang di makan ruang dan waktu. Secara tersirat, bobot keilmiahan seorang ilmuan diantaranya ditentukan oleh bobot tulisan ilmiahnya. Itulah sebabnya kemampuan menulis karya ilmiah itu penting artinya bagi seorang ilmuan.
Terlepas dari kualitas suatu karya ilmiah, adanya kesadaran akan pentingnya kemampuan menulis karya ilmiah adalah suatu hal yang menggembirakan. Dari segi kualitas, memang sering terdengar pernyataan yang kurang menyenangkan, yaitu kemampuan menulis karya ilmiah siswa/mahasiswa masih rendah. Dengan latihan yang teratur dan sistematis serta lebih mendalami teori, tentunya isyu yang tidak menyenangkan ini dapat dikurangi, bila perlu dihilangkan.
1.1 Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Setiap tahun karya tulis ilmiah selalu dihasilkan siswa kelas III SMTA. Setiap semester mahasiswa selalu menulis karya ilmiah. Sejalan dengan itu, hampir setiap saat karya tulis ilmiah dihasilkan oleh para ilmuan. Begitu berartikah karya tulis ilmiah itu? Kalau memang berarti, apakah yang dimaksud dengan karya tulis ilmiah itu? Secara etimalogi, karya tulis ilmiah terdiri dari kata majemuk karya tulis dan ilmiah. yang dimaksudkan dengan karya tulis adalah hasil dari suatu kegiatan menulis. Hasil karya tulis ini dapat berupa makalah, cerpen, skripsi, puisi, tesis, novel, dan lain-lain. Yang dimaksud dengan ilmiah adalah segala sesuatu yang bersifat keilmuan. Ilmu adalah pengetahuan yang telah teruji kebenarannya melalui metode-metode ilmiah. Dari kedua kata di atas, dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun secara sistematis menurut kaedah-kaedah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah dan metode ilmiah.
Berdasarkan pengertian di atas, yang dapat dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah adalah makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian. Hal ini disebabkan karena karya tulis tersebut dikembangkan dengan menggunakan metode ilmiah. Makalah merupakan karya tulis ilmiah yang ditulis untuk memenuhi tugas-tugas perkuliahan atau untuk seminar. Penelitian ilmiah merupakan karya tulis yang lebih ditujukan untuk mengembangkan ilmu atau menguji kebenaran ilmu (teori). Skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian merupakan karya tulis sebagai hasil dari suatu penelitian. Skripsi, tesis, dan disertasi ditulis pada akhir paragraf, suatu studi untuk mendapatkan gelar tertentu. Skripsi ditulis untuk memperoleh gelar kesarjanaan oleh mahasiswa setingkat S.I. Tesis ditulis untuk meraih gelar magister (master) oleh mahasiswa setingkat S.2. Dan disertasi ditulis untuk gelar doktor oleh mahasiswa setingkat S.3.
Penulis karya ilmiah adalah orang yang telah memiliki ilmu pengetahuan (ilmuan). Sekurang-kurangnya, ia memiliki pengetahuan dalam bidang yang ditulisnya. Oleh karena penulis karya ilmiah adalah seorang ilmuan, kepadanya dituntut untuk memiliki sifat terbuka, jujur, kritis, teliti, tidak mudah percaya sebelum ada pembuktian, tidak cepat putus asa, dan tidak cepat merasa puas dengan pekerjaan atau hasil karyanya. Sifat-sifat di atas oleh Nana Sujana (1984: 4) disebut dengan sikap ilmiah. Yang dimaksud dengan keterbukaan adalah kesediaan menerima umpan balik dari orang lain, baik dalam bentuk yang menyenangkan ataupun yang menyakitkan. Tidak selamanya karya tulis seorang ilmuan diterima oleh pembaca. Pemahaman yang pro dan kontra selalu mengiringi karya itu. Apapun pendapat pembaca terhadap karya tulis itu penulis harus menerimanya. Berdasarkan masukan tersebut, dengan kritis penulis mencoba menganalisisnya, Masukan ini sangat besar artinya untuk menyempurnakan karya tulis yang ada, atau karya tulis yang akan muncul. Secara tersirat keterbukaan ini memperlihatkan sikap penulis yang demokratis dan tidal, picik.

Seorang penulis karya ilmiah harus jujur. Ia harus mampu mengemukakan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, tidak merekayasa data sesuai dengan "pesanan". Sekiranya ia mengutip pendapat orang lain, ia harus mengakui bahwa itu bukan pendapatnya. Karena itu ia mesti membuatkan notasi ilmiahnya. Sekiranya notasi ilmiah ini tidak dibuatkan, maka penulis tersebut tidak lebih dari seorang plagiator. Seorang penulis karya ilmiah juga diharuskan memiliki sifat kritis dan teliti. Ia harus mampu menganalisis segala sesuatunya secermat mungkin, sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya. Analisis yang kritis itu harus dilakukan secara hati-hati dan teliti. Dalam bidang ilmu pengetahuan alam atau bidang-bidang keilmuan yang bersifat eksak tuntutan terhadap kekritisan dan ketelitian sangat tinggi, Kekurang tajaman analisis dan kekurang telitian dalam bekerja dapat mendatangkan akibat yang sangat fatal. Sampai sekarang kita masih ingat peristiwa Chernobel, suatu peristiwa kekurangtelitian dan kekurang hati-hatian yang mengakibatkan kematian.
Ilmu dimulai dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari keragu-raguan menjadi yakin. Filsafat keilmuan adalah filsafat epistemologi, yaitu selalu mencari tahu, selalu berusaha menjawab pertanyaan "apa" dan "bagaimana". Seorang ilmuan harus memiliki sifat keingintahuan yang besar. la tidak mudah percaya begitu saja dengan apa yang di dengar, di lihat, atau dibacanya. Setiap informasi yang diperolehnya tidak diterimanya begitu saja. Sebelum diterima, informasi itu harus dibuktikan kebenarannya. Pembuktian kebenaran ini dapat dilakukan secara rasional didasarkan kepada teori-teori. Dengan kata lain, seorang ilmuan baru dapat menerima suatu informasi itu benar secara teori dam diterima oleh akal. Pembuktian secara empiris. didasarkan kepada fakta-fakta yang dapat diamati. Sekiranya informasi itu sesuai dengan fakta yang ada barulah informasi itu dapat diterima.
Cepat putus asa dam lari dari masalah yang sedang dihadapi bukanlah suatu sikap yang terpuji. Tidak hanya dalam bidang keilmuan, dalam kehidupan sehari-hari pun sikap ini tidak berterima bagi siapapun. Seorang ilmuan yang cepat putus asa akan selalu melahirkan karya yang asal jadi. Pembahasannya tidaklah tuntas. Untuk karya tulis ilmiah ketidaktuntasan pembahasan masalah tidaklah dapat diterima. Ketidaktuntasan tidak terselesaikan permasalahan, malahan sebaliknya, yaitu sering mendatangkan masalah baru. Karya yang lahir akibat putus asa adalah karya yang dipaksakan "kelahirannya". Biasanya karya seperti ini sering menimbulkan pemahaman dam penafsiran yang berbeda. Pada hal keberagaman pemahaman ini tidak boleh terjadi dalam memahami karya tulis ilmiah.
Seorang ilmuan yang cepat puas, karya yang telah dihasilkannya cenderung tidak mampu menghasilkan karya lanjutan (lain) yang lebih berbobot. Rasa cepat puas dalam bidang keilmuan tidaklah baik, Rasa ini sering membawa keterlenaan, mengendurkan kearifan, dam memperlemah daya kritis. Seorang ilmuan tidaklah dilarang menikmati karya tulis yang telah dihasilkannya. Yang tidak boleh adalah puas dengan apa yang ada, tidak pernah skeptis terhadap apa yang ada tersebut. Pada hal. karya tulis yang telah dihasilkan tersebut mungkir, masih memiliki kekurangan-kekurangan. Itulah sebabnya seorang ilmuan harus punya sifat kritis analitis. Bukan cepat puas atau terlena.
Melalui berbagai sikap ilmiah di atas, kemampuan menulis karya ilmiah dapat lebih ditingkatkan. Pada hematnya jenis. karya ilmiah seperti yang telah dijelaskan di atas adalah sama sebab sama-sama menggunakan metode ilmiah. Yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya adalah dalam hal kadar keilmiahannya, bobot masalah yang dibahas, dan penggunaan metodologi. Jumlah halaman, kertas yang digunakan, dan kerapian penjilidan belum dapat dijadikan sebagai tolak ukur ilmiah tidaknya sebuah karya tulis.

1.2 Berpikir dan Metode Ilmiah
Di atas telah dijelaskan bahwa metode yang digunakan dalam menulis karya ilmiah adalah metode ilmiah. Menurut Yuyun S. Suriasumantri (1985; 119) metode ilmiah merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan pengetahuan yang disebut dengan ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah. Merujuk kepada pendapat Peter R. Senn lebih lanjut Suriasumantri mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan metode merupakan suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang teratur dan sistematis. Dalam hal ini dapat juga ditambahkan dengan kritis dan analitis.
Landasan dari metode ilmiah adalah kemampuan berpikir ilmiah, sedangkan dasar dari berpikir ilmiah adalah kemampuan otak dalam memecahkan dan menganalisis suatu masalah. Berpikir ilmiah tidak sama dengan berpikir biasa. Walaupun kegiatan berpikir apapun sama-sama merupakan kegiatan mental, namun dalam berpikir ilmiah kegiatan mental itu berlangsung secara sistematis dan berdasarkan aturan-aturan tertentu dalam rangka mendapatkan ilmu pengetahuan. Tidak semua kegiatan berpikir menghasilkan pengetahuan. Hampir setiap hari manusia melakukan kegiatan berpikir, tetapi ilmu pengetahuan tidak setiap hari dihasilkan oleh orang yang berpikir tersebut. Kenyataan ini menginformasikan bahwa kegiatan berpikir ilmiah berorientasi kepada, ilmu pengetahuan, sedangkan berpikir yang lainnya tidak berorientasi kepada ilmu pengetahuan.
Kegiatan berpikir ilmiah dimulai dari suatu masalah. Kemampuan mereaksi terhadap masalah inilah, yang menentukan ilmiah tidaknya kegiatan berpikir yang dilakukan. Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak masalah keilmuan yang dapat diamati dan dicarikan pemecahannya. Akan tetapi sangat banyak masalah tersebut yang tidak terselesaikan, sebab tidak setiap manusia mempunyai kemampuan menyelesaikannya secara ilmiah. Dengan kata lain, tidak setiap manusia mempunyai kemampuan berpikir ilmiah, Sangat banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir ilmiah. Selain dari masalah genetika (keturunan) dalam bentuk IQ, bakat dan motivasi yang besar, kemampuan reseptif yang baik, dan latihan menganalisis masalah. Sikap kritis pun dapat meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah.
Berpikir ilmiah tidak dapat dilepaskan dari berpikir deduktif dan induktif. berpikir ilmiah dibangun oleh kedua unsur berpikir tersebut. Berpikir deduktif sering juga disebut dengan berpikir rasional. Dalam berpikir deduktif kesimpulan dari suatu permasalahan ditarik dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang bergerak dari pernyataan umum ke pernyataan khusus. Contoh klasik yang sering dikemukakan adalah tentang pemuaian dan zat padat (logam). Bila dalam pernyataan umum dikemukakan bahwa setiap zat padat logam bila dipanaskan akan memuai. Dalam kenyataan benda-benda seperti besi, seng, emas, perak, dan kuningan termasuk benda padat jenis logam, maka dalam pernyataan khusus (kesimpulan) dapat dikatakan bahwa besi, seng, emas, perak, dan kuningan akan memuai bila dipanaskan.
Berpikir induktif merupakan kebalikan dari berpikir deduktif. Berpikir induktif ini sering juga disebut dengan berpikir empiris. Dalam hal ini, keterandaian data dan fakta secara kuantitatif dan kualitatif sangat besar peranannya untuk menarik kesimpulan. Berpikir induktif merupakan kebalikan dari berpikir deduktif. Kesimpulan yang diperoleh dari berpikir induktif adalah kesimpulan yang ditarik dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang bergerak dari pernyataan sebagai contoh dapat dikemukakan kebalikan contoh di atas. Kalau dalam pernyataan khusus dikemukakan bahwa besi, seng, emas, perak, dan kuningan akan memuai bila dipanaskan. Besi, seng, emas, perak, dan kuningan adalah zat padat jenis logam, maka dalam pernyataan umum (kesimpulan) dapat dikemukakan bahwa setiap zat padat logam akan memuai jika dipanaskan. Di atas telah dijelaskan bahwa kegiatan ilmiah dimulai dari masalah dan mengamati masalah. Kegiatan tersebut tidaklah terhenti sampai disitu saja, melainkan ada tahap-tahap selanjutnya yang harus dilalui, seperti perumusan masalah/hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data, dan menarik kesimpulan. Sehubungan dengan ini Nana Sudjana (1988 ; 5) mengemukakan bahwa proses berpikir ilmiah selalu menempuh langkah-langkah tertentu yang disangga oleh tiga unsur pokok, yaitu (1) pengajuan masalah, (2) perumusan hipotesis, dan (3) verifikasi data. SIP Selanjutnya dijelaskan, cara berpikir atau proses berpikir yang terstruktur seperti inilah yang menjadi landasan metode ilmiah. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa metode i1miah tersebut adalah metode logika-hipotiko verivikatif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan logika adalah pengetahuan tentang kaedah berpikir, atau jalan pikiran yang masuk akal. Sesuatu yang masuk akal adalah sesuatu yang logis. Logika mengandalkan kemampuan berpikir, baik kemampuan berpikir induktif maupun kemampuan berpikir deduktif atau gabungan dari kedua bentuk berpikir tersebut. Sebagai suatu kegiatan keilmuan, dasar metode ilmiah ini adalah kemampuan berpikir, yaitu berpikir ilmiah, Melalui serangkaian proses berpikir ilmiah seperti yang telah dijelaskan di atas, hasil kegiatan berpikir ini dapat diterima dan dibuktikan keberandaannya. Apakah pembuktian itu secara rasio, dalam arti melalui telaahan berdasarkan teori-teori terkait, ataupun pembuktian secara. empiris, yaitu dengan memperlihatkan dan fakta. Prosedur selanjutnya dari metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Jawaban sementara inilah yang hendak dibuktikan kebenaran atau ketidakbenarannya. Fungsi hipotesis adalah untuk mengarahkan pelaksanaan penelitian. Hipotesis merupakan sentral dari suatu penelitian. Segala keylatan yang dilakukan harus mengacu kepada pembuktian hipotesis. Dalam sebuah penelitian bisa saja tidak hipotesis yang diajukan, melainkan pertanyaan penelitian. Terhadap hal yang seperti ini tidaklah; ada salahnya. Fungsi pertanyaan penelitian tidaklah jauh bedanya dengar, fungsi hipotesis- penelitian; Kedua-duanya sama-sama berfungsi untuk mengarahkan penelitian. Kalau hipotesis merupakan suatu hal yang ingin dibuktikan kebenarannya, maka pertanyaan penelitian adalah sesuatu yang perlu dicari jawabannya. Penyelesaian dari keduanya adalah dengan mengadakan penelitian.
Akhir dari metode ilmiah adalah verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan sebagai kegiatan mengumpulkan data, menganalisis data, membahas hasil analisis data, dan menarik kesimpulan dalam bentuk pembuktian hipotesis atau jawaban pertanyaan penelitian. Kegiatan verifikasi data dapat dikatakan sebagai kegiatan inti dari suatu penelitian. Pelaksanaan kegiatan penelitian terdapat pada tahap verifikasi data ini. Pada tahap inilah temuan dari suatu penelitian diperoleh. Kalau pada, dua tahap sebelumnya penekanan kegiatan hanya pada mendudukkan permasalahan, maka. pada tahap verifikasi data realisasi dari segala perencanaan itu diterapkan. Rumusan masalah dan hipotesis atau pertanyaan-penelitian tidaklah ada artinya bila tidak dilanjutkan dengan kegiatan verifikasi data. Rumusan masalah dan hipotesis hanyalah angan-angan semata, bila tidak diikuti oleh kegiatan pengumpulan data, pengolahan data, dan pengujian hipotesis serta penarikan kesimpulan. Itulah sebabnya kegiatan verifikasi data merupakan init kegiatan dari suatu penelitian. Berdasarkan hasil penelitian (baik lapangan maupun kepustakaan) inilah disusun sebuah karya tulis, yaitu karya tulis ilmiah.
1.3 Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah
Telah dijelaskan bahwa karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang dihasilkan dengan menggunakan metode ilmiah yang pelaksanaannya dilakukan secara sistematis, kritis dan teliti. Melalui prosedur kerja yang seperti inilah muncul karya tulis ilmiah. Secara umum orang cenderung beranggapan bahwa karya tulis ilmiah ini terdiri dari makalah dan laporan penelitian. Anggapan ini tidaklah ada salahnya, akan tetapi juga tidak ada salahnya untuk membagi anggapan tersebut atas pembagian berikut.
Makalah merupakan suatu karya tulis ilmiah yang membahas suatu permasalahan. Biasanya penulisan dimaksudkan untuk dibicarakan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar, konfrensi, musyawarah dan lain-lain) atau dalam upaya memperbaiki/meningkatkan suatu program tertentu.
Bagi kalangan mahasiswa, makalah ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas-tugas (akhir) yang diberikan oleh dosen atau sebagai tugas akhir pengganti skripsi (bagi mahasiswa yang mengambil jalur makalah). Berdasarkan sasaran akhir dari penulisan makalah ini, maka jenis makalah dapat dibedakan atas tiga, yaitu;
1. Makalah sebagai pelengkap tugas-tugas perkuliahan mata kuliah tertentu, makalah tugas,
2. Makalah sebagai pelengkap tugas akhir untuk menyelesaikan suatu program studi, sebagai pengganti skripsi, dan
3. Makalah sebagai wadah untuk suatu pembicaraan dalam pertemuan ilmiah, makalah seminar.
Dalam menulis makalah, tidak seluruh metode ilmiah dipergunakan. Namun hal ini bukan berarti bahwa keilmiahan sebuah makalah akan hilang. Pada satu sisi, ada makalah yang disusun hanya berdasarkan pada pola berpikir rasional, yaitu dengan mengandalkan kajian teoritis. Pada sisi yang lain, ada makalah yang pembahasannya hanya didasarkan pada data empiris yaitu berupa pemaparan dan pendeskripsian temuan-temuan di lapangan. Berdasarkan kenyataan-ini, maka kerangka berpikir penciptaan makalah dapat dilakukan secara, deduktif atau induktif. Pembahasan sebuah permasalahan dalam bentuk makalah biasanya diuraikan dalam tiga bagian pokok, Yaitu : (1) pendahuluan atau pengajuan masalah, (2) pembahasan atau pemecahan masalah, dan (3). penutup atau kesimpulan. Melalui ketiga bagian pokok inilah segala permasalahan diuraikan sehingga menjadi sebuah makalah.
Bagaimanakah halnya dengan artikel? Pada hematnya antara makalah dengan artikel terdapat kesamaan. Hal ini disebabkan karena proses penyusunan kedua jenis tulisan tersebut menggunakan kerangka, berpikir yang sama, yaitu pola berpikir deduktif atau induktif. Kalaupun terdapat perbedaan, maka perbedaan itu cenderung terletak pada pola penyampaian dan tujuan penulisan. Artikel merupakan jenis karya tulis, ilmiah yang dimaksudkan untuk dipublikasikan melalui media cetak (koran, majalah, atau tabloid). Akibat sasaran/tujuannya adalah publikasi, maka, pola penyampaiannya banyak sedikitnya telah mempertimbangkan calon pembaca. Dengan demikian kemurnian keilmiahan terhadap pembahasan masalah tentu terpengaruh. Bahasa yang digunakan telah direkayasa sedemikian rupa. Artinya kata-kata atau kalimat yang dipakai disusun dengan mempertimbangkan calon pembaca. mungkin inilah sebabnya artikel ini sering juga disebut dengan tulisan semi ilmiah atau tulisan kreatif. Dalam pembicaraan selanjutnya artikel ini tidak akan dibicarakan.
Berbeda dari makalah, laporan penelitian (skripsi, tesis, dan disertasi) disusun dengan menggunakan kerangka berpikir yang komplek. Landasan berpikir dari skripsi, tesis, dan disertasi tidak hanya pada satu pola berpikir (deduktif atau induktif), akan tetapi didasarkan kepada kedua pola berpikir tersebut. Gabungan kedua pola pikir off ilmiah inilah yang melahirkan metode ilmiah yaitu logika, hipotesiko, dan verivikatif. Dengan kata lain, skripsi, two tesis, dan disertasi selalu melalui tahapan pengajuan masalah, kajian teori, hipotesis/pertanyaan, verifikasi data, dan kesimpulan. Akibat adanya perbedaan ini, maka proses menghasilkan makalah jauh lebih mudah dari pada proses menghasilkan skripsi, tesis, atau disertasi. Akan tetapi, hasil dari penulisan skripsi, tesis, disertasi, atau laporan penelitian jauh lebih bermakna, setidak tidaknya dalam dunia akademik, yaitu dalam rangka meraih gelar sarjana, master (magister), atau doktor. Prosedur menghasilkan sebuah laporan penelitian (skripsi, tesis, disertasi, atau laporan penelitian) memang tidak mudah. Banyak proses dan tahapan yang harus dilalui. Pada umumnya tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut. (Secara terinci, langkah-langkah penulisan karya tulis ilmiah akan dibicarakan pada Bab II).
Berdasarkan garis besar tahapan di atas, seolah-olah antara skripsi, tesis dan disertasi adalah sama. Apakah memang demikian halnya ? Sebenarnya antara skripsi, tesis dan disertasi tidaklah sama. Ketidaksamaan tersebut pada hakikatnya terletak pada tingkatannya (perbedaan gradual). Lebih lanjut Sudjana (1988 : 96) mengemukakan kemungkinan perbedaan tersebut terletak pada hal-hal berikut :
Kemungkinan Perbedaan Skripsi – Tesis – Disertasi
Aspek/Unsur Skripsi (S1) Tesis (S2) Disertasi (S3)
1. Permasalahan



2. Variabel


3. Tujuan







4. Metodologi Penelitian


5. Analisis Data



6. Skala Pengukuran Masalah dapat diangkat dari pengalaman empirik, sifatnya tidak terlalu spesifik/mendalam/analitik asal cukup jelas dan terbatas

Bias satu variable, atau hubungan dua variable bevariabel

Mendeskripsikan variable dan atau hubungan dua variable






Histories atau deskriptif, studi korelasi


Statistika deskriptif dan atau estetika analitik sederhana non parametric


Ordinal, nominal dan atau interval Diangkat dari pengalaman empirik atau dari berpikir teoritik, sifat mengarah kepada yang spesifik teoritik

Minimal hubungan dua variable multi variat

Mendeskripsikan dan mengkaji secara analitik hubungan / pengaruh variable





Expost facto, quasi experiment (semi eksperimen)

Statistika deskriptif dan statistik non paramerik dan atau non paramerik

Minimal, nominal dan interval
Diangkat dari kajian teoritik yang didukung oleh fakta empirik sifat lebih speifik/mendalam (analitik)

Dua variable multivariate atau tiga variable

Menguji atau menemukan hubungan antar variable dan pengaruh variable satu terhadap variable lain


Eksperimen minimal semi eksperimen


Statistika deskriptif dan statistika analitik/inferensial statistika paramerik

Interval rasio kecuali untuk penelitian kualitatif

Selain dari perbedaan di atas, dari segi manfaat juga terdapat perbedaan, yaitu skripsi di buat untuk memperoleh gelar kesarjanaan, tesis untuk meraih gelar magister atau master, dan disertasi untuk meraih gelar doctor.
Pada uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa antara makalah dengan skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian terdapat perbedaan, terutama dalam hal kerangka berpikir. Perbedaan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut. (Sudjana, 1988 : 18)

PERBEDAAN KERANGKA BERPIKIR ANTARA
MAKALAH DENGAN SKRIPSI, TESIS DAN DESERTASI
Sekalipun terdapat perbedaan antara makalah dengan skripsi, tesis, desertasi, dan laporan penelitian, kelima jenis tulisan tetap karya tulis ilmiah. Hal ini disebabkan karena kelima jenis tulisan itu memiliki pola yang sama. Kesamaan itu setidak-tidaknya adalah dalam hal (1) adanya pengajuan masalah, (2) adanya kaitan teori sebagai landasan dalam pembahasan, (3) adanya kesimpulan sebagai hasil dari pembahasan
1.4 Karya Tulis Ilmiah Dan Non Ilmiah
uraian-uraian pada bab terdahulu telah menjelaskan perihal karya tulis ilmiah. Kenyataan memperlihatkan ada tulisan ilmiah, tentu ada pula karya tulis yang tidak ilmiah. Kenyataan memperlihatkan bahwa memang ada karya tulis yang bukan merupakan karya tulis ilmiah. Dengan kata lain, ada karya tulis yang ditulis dengan tidak menggunakan kerangka berpikir ilmiah dari metode ilmiah. Karya-karya tulis yang seperti ini sering disebut dengan karya fiksi atau karya tulis dalam bentuk cerita.
Antara karya tulis ilmiah dengan karya yang non ilmiah ini banyak terdapat perbedaan. Pada hakekatnya perbedaan itu dapat ditinjau dari beberapa titik pengamatan. Untuk jelasnya perhatikanlah table berikut,
Table 1. Perbedaan Antara Karya Tulis Ilmiah Dengan Non Ilmiah
No Titik pengenalan Karya tulis ilmiah Karya tulis non ilmiah
(1) (2) (3) (4)


1. Akhir-akhir ini tuntutan terhadap kemampuan menulis karya ilmiah semakin dirasakan. Tidak saja dikalangan kaum akademik, dan intelektual, kebutuhan kemampuan inipun disadari oleh kalangan lain.
2. secara tegas karya ilmiah dapat dibedakan atas makalah, skripsi, tesis, desertasi dan laporan penelitian
3. seorang penulis karya ilmiah haruslah memiliki sikap ilmiah, yaitu terbuka, jujur, kritis, teliti, tidak Mudah percaya sebelum ada pembuktian, tidak cepat putus asa, dan tidak cepat puas sebelum pekerjaannya selesai.
4. Kerangka berpikir yang dipakai dalam menulis karya ilmiah adalah berpikir i1miah, misalnya berpikir dedukatif dan induktif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode ilmiah, yaitu metode logiko hipatiko, dan verifikatif.
5. Selain dari karya tulis ilmiah, juga terdapat karya tulis non-ilmiah, Untuk membedakan kedua jenis karya tulis ini dapat ditentukan dari berbagai titik pengamatan. Misalnya, permasalahan, bahasa, efek bagi pembaca, pola pengembangan tujuan, jenis, dan lain-lain.
Pertanyaan Latihan
Petunjuk
Pahamilah rangkaian pertanyaan berikut ini dengan baik, kemudian buatlah jawaban Saudara pada kertas bergaris sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh soal.
Pertanyaan
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan menulis dan menulis karya ilmiah.
2. Bandingkanlah antara, tulisan ilmiah dengan tulisan non-ilmiah. Berdasarkan perbandingan tersebut kemukakan komentar Saudara.
3. Apa-apa sajakah yang termasuk ke dalam jenis karya tulis ilmiah? Jelaskanlah jawaban Saudara tersebut.
4. Jelaskanlah peranan berpikir dalam menulis karya i1miah.
5. Bagaimanakah landasan, berpikir, makalah, skripsi, tesis, dan desertasi?
6. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan berpikir induktif dan berpikir deduktif. Berilah contoh uraian Saudara tersebut.
7. Uraikan dan jelaskanlah yang dimaksud dengan metode ilmiah!
8. Bagaimanakah peran karya tulis i1miah dalam menyangga ilmu pengetahuan alam?
9. Uraikan dan jelaskanlah bagian-bagian pokok yang ada dalam pengembangan suatu makalah.
Contoh-contoh bidang garapan PTK:
1) metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode penemuan;
2) strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu gaya belajar mengajar;
3) prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinyu/otentik;
4) penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan;
5) pengembangan profesional guru misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri;
6) pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku; dan
7) administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah (Cohen dan Manion, 1980: 181).
Bidang Kajian Penelitian
1. Masalah belajar siswa sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi, dan sebagainya);
2. Desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, dan sebagainya);
3. Alat bantu, media, dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, dan sebagainya);
4. Sistem evaluasi (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen evaluasi berbasis kompetensi, dan sebagainya);
5. Masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah implementasi KBK, interaksi guru-siswa, siswa-bahan abelajar, dan lingkungan pembelajaran, dan sebagainya.
A. Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru
1. Strategi urutan penyampaian simultan
Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global). Misalnya guru akan mengajarkan materi Sila-sila Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pertama-tama Guru menyajikan lima sila sekaligus secara garis besar, kemudian setiap sila disajikan secara mendalam.
2. Strategi urutan penyampaian suksesif
Jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama, misalnya guru akan mengajarkan materi Sila-sila Pancasila. Pertama-tama guru menyajikan sila pertama yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Setelah sila pertama disajikan secara mendalam, baru kemudian menyajikan sila berikutnya yaitu sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Strategi penyampaian fakta
Jika guru harus menyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.) strategi yang tepat untuk mengajarkan materi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar.
2. Berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna, menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, atau mnemonics, asosiasi berpasangan, dsb. Bantuan penyampaian materi fakta secara bermakna, misalnya menggunakan cara berpikir tertentu untuk membantu menghafal. Sebagai contoh, untuk menghafal jenis-jenis sumber belajar digunakan cara berpikir: Apa, oleh siapa, dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan lingkungan seperti apa? Berdasar kerangka berpikir tersebut, jenis-jenis sumber belajar diklasifikasikan manjadi: Pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Bantuan mengingat-ingat jenis-jenis sumber belajar tersebut menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan (mnemonics) menjadi POBATEL (Pesan, orang bahan, alat, teknik, lingkungan).
Bantuan menghafal berupa asosiasi berpasangan (pair association) misalnya untuk mengingat-ingat di mana letak stalakmit dan stalaktit pada pelajaran sains. Apakah stalaktit di atas atau di bawah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pasangkan huruf T pada atas, dengan T pada tit-nya stalaktit. Jadi stalaktit terletak di atas, sedangkan stalakmit terletak di bawah.
Contoh lain penggunaan jembatan keledai atau jembatan ingatan: (1) PAO-HOA (Panas April-Oktober, Hujan Oktober – April). (2) Untuk menghafal nama-nama bulan yang berumur 30 hari digunakan AJUSENO (April, Juni, September, Nopember).
4. Strategi penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes
Contoh:
Penyajian konsep tindak pidana pencurian
Langkah 1: Penyajian konsep
Sesuai pasal 362 KUHP, "Barang siapa dengan sengaja mengambil barang milik orang lain dengan melawan hukum dengan maksud untuk dimiliki dihukum dengan hukuman penjara sekurang-kurangnya … tahun."
Langkah 2: Pemberian bantuan
1. Murid dibantu untuk menghafal konsep dengan kalimat sendiri, tidak harus hafal verbal terhadap konsep yang dipelajari (dalam hal ini Pasal pencurian).
2. Tunjukkan unsur-unsur pokok konsep tindak pidana pencurian, yaitu:
1. Mengambil barang (bernilai ekonomi)
2. Barang itu milik orang lain
3. Dengan melawan hukum (tanpa seijin yang empunya)
4. Dengan maksud dimiliki (mengambil uang untuk jajan).
Contoh positif: Wawan malam hari masuk pekarangan Ali dengan merusak pintu pagar (sengaja) mengambil (melawan hukum) material bangunan berupa besi beton (barang milik orang lain), kemudian dijual, uangnya untuk membeli beras (dengan maksud dimiliki). Contoh negatif/salah (bukan contoh tapi mirip): Badu meminjam sepeda Gani tidak dikembalikan melainkan dijual uangnya untuk membeli makan. Dari contoh negatif atau contoh yang salah ini, unsur-unsur "sengaja mengambil barang milik orang lain dengan maksud dimiliki" terpenuhi, tetapi ada satu unsur yang tidak terpenuhi, yaitu "melawan hukum", karena "meminjam". Jadi pengambilan barang seijin yang empunya. Karena itu perbuatan tersebut bukan termasuk tindak pidana pencurian, melainkan penggelapan.
Langkah 3: Latihan
Pertama-tama murid diminta menghafal dengan kalimat sendiri (hafal parafrase) Kemudian murid diminta memberikan contoh kasus pencurian lain selain yang dicontohkan oleh guru untuk mengetahui pemahaman murid terhadap materi tindak pidana pencurian.
Langkah 4: Umpan balik
Berikan umpan balik atau informasi apakah murid benar atau salah dalam memberikan contoh. Jika benar berikan konfirmasi, jika salah berikan koreksi atau pembetulan.
Langkah 5: Tes
Berikan tes untuk menilai apakah siswa benar-benar telah paham terhadap materi tindak pidana pencurian. Soal tes hendaknya berbeda dengan contoh kasus yang telah diberikan pada saat penyempaian konsep dan soal latihan untuk menghindari murid hanya hafal tetapi tidak paham.

Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip
Termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran jenis prinsip adalah :
3. Sajikan prinsip
4. Berikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip
5. Berikan soal-soal latihan
6. Berikan umpan balik
7. Berikan tes.

Contoh:
Cara mengajarkan rumus menghitung luas bujur sangkar dengan tujuan agar siswa mampu menerapkan rumus tersebut.
Langkah 1: Sajikan rumus
Rumus menghitung luas bujur sangkar adalah: Sisi X Sisi atau sisi kuadrat.
Langkah 2: Memberikan bantuan
Berikan bantuan cara menghafal rumus dilengkapi contoh penerapan rumus menghitung luas bujur sangkar. Misalnya sebuah karton bangun bujur sangkar dengan panjang sisi 30 cm.
Rumus: Luas bujur sangkar = S X S.
Luas karton adalah 30 X 30 X 1 cm2 = 900 cm2.
Langkah 3: Memberikan latihan
Berikan soal-soal latihan penerapan rumus dengan bilangan-bilangan yang berbeda dengan contoh yang telah diberikan. Misalnya selembar kertas panjangnya berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 40 cm. Hitunglah luasnya.
Langkah 4: Memberikan umpan balik
Beritahukan kepada siswa apakah jawaban mereka betul atau salah. Jika betul berikan penguatan atau konfirmasi. Misalnya, "Ya jawabanmu betul". Jika salah berikan koreksi atau pembetulan.

Langkah 5: Berikan tes
Berikan soal-soal tes secukupnya menggunakan bilangan yang berbeda dengan soal latihan untuk meyakinkan bahwa siswa bukan sekedar hafal soal tetapi betul-betul menguasai cara menghitung luas bujur sangkar.
5. Strategi penyampaian prosedur
Tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal.
Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut. Misalnya langkah-langkah menyetel televisi.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi:
1. Menyajikan prosedur
2. Pemberian bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara melaksanakan prosedur
3. Memberikan latihan (praktek)
4. Memberikan umpan balik
5. Memberikan tes.
Contoh:
Prosedur menelpon di telpon umum koin.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur:
Langkah 1: Menyajikan prosedur
Sajikan langkah-langkah atau prosedur menelpon dengan menggunakan bagan arus (flow chart)
Langkah 2: Memberikan bantuan
Beri bantuan agar murid hafal, paham, dan dapat menelpon dengan jalan mendemonstrasikan cara menelpon.
Langkah 3: Pemberian latihan
Tugasi siswa paraktek berlatih cara menelpon.
Langkah 4: Pemberian umpan balik
Beritahukan apakah yang dilakukan siswa dalam praktek sudah betul atau salah. Beri konfirmasi jika betul, dan koreksi jika salah.
Langkah 5: Pemberian tes
Berikan tes dalam bentuk "do it test", artinya siswa disuruh praktek, lalu diamati.
6. Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek afektif
Termasuk materi pembelajaran aspek sikap (afektif) menurut Bloom (1978) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian.
Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain: penciptaan kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian ajaran atau dogma.
Contoh:
Penciptaan kondisi. Agar memiliki sikap tertib dalam antrean, di depan loket dipasang jalur untuk antri berupa pagar besi yang hanya dapat dilalui seorang demi seorang secara bergiliran.
Pemodelan atau contoh: Disajikan contoh atau model seseorang baik nyata atau fiktif yang perilakunya diidolakan oleh siswa. Misalnya tokoh Bima dalam Mahabarata. Sifat Bima yang gagah berani dapat menjadi idola anak.
B. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu menghafal, menggunakan, menemukan, dan memilih.
Penjelasan dan contoh disajikan sebagai berikut:
1. Menghafal (verbal & parafrase)
Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
2. Menggunakan/mengaplikasikan (Use)
Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari.
Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Contoh, berdasar hasil penggalian ditemukan fakta terdapatnya emas perhiasan yang sudah jadi, setengah jadi, perhiasan yang telah rusak, tungku, bahan emas batangan di bekas peninggalan sejarah di desa Wonoboyo Klaten Jawa Tengah. Dengan menggunakan fakta tersebut, ahli sejarah berkesimpulan bahwa lokasi tersebut tempat bekas pengrajin emas.
Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Seperti diketahui, dalil atau rumus merupakan hubungan antara beberapa konsep. Misalnya, dalam berdagang "Jika penjualan lebih besar daripada biaya modal maka akan terjadi laba atau untung". Konsep-konsep dalam jual beli tersebut meliputi penjualan, biaya modal, laba, untung, dan konsep "lebih besar".
Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Contoh, seorang anak yang telah memahami konsep "jam adalah alat penunjuk waktu", akan dapat menggeneralisir bahwa bagaimanapun berbeda-beda bentuk dan ukurannya, dapat menyimpulkan bahwa benda tersebut adalah jam.
Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Contoh, seorang siswa yang telah mampu menghitung luas persegi panjang setelah mempelajari rumusnya, dapat menentukan luas persegi panjang di manapun dan berapapun besarnya panjang dan lebar persegi panjang yang harus dihitung luasnya.
Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Seorang siswa yang telah hafal dan berlatih mengendarai sepeda motor, dapat mengendarai sepeda motor tersebut.
Penggunaan prosedur (psikomotorik) adalah untuk mengerjakan tugas atau melakukan suatu perbuatan. Sebagai contoh, siswa dapat mengendarai sepeda motor setelah menghafal langkah-langkah atau prosedur mengendarai sepeda motor.
Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
3. Menemukan
Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.
Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
4. Memilih
Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.





FALAH Y: MODEL MODEL DALAM PEMBELAJARAN
MODEL-MODEL DALAM PENGAJARAN
UNTUK MEMBUAT PELAJAR BELAJAR MANDIRI
A. Pendahuluan
Sudah 14 tahun saya menjadi guru SMK Negeri Y Samarinda, sebuah sekolah kejuruan yang banyak diminati, disegani, difavoriti warga Samarinda. Selain itu sebagai sekolah kejuruan yang dianggap senior maka sekolah ini juga merupakan rujukan bagi sekolah kejuruan swasta yang serumpun bidang keahlian nya di Samarinda dan sekitarnya. Kepala sekolah, guru-guru dari luar sering berkonsultasi ke sekolah ini hanya untuk mengembangkan sekolahnya dan menyamakan persepsi dalam pendidikan dan pengajaran.
Sebagai sekolah kejuruan, sekolah ini tergolong telah mampu mengeluarkan lulusan yang banyak di serap di dunia kerja maupun kuliah di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Secara persisnya data ini belum terkaver mengingat sekolah ini tidak memiliki data tentang keadaan lulusan untuk lima tahun terakhir ini. Namun sebagai guru di sini, penulis sering bertemu para alumni ini bekerja di berbagai instansi, perusahaan, dan kantor-kantor juga sering menemui para siswa yang kuliah di Unmul maupun perguruan tinggi swasta lainnya, serta beberapa alumni yang berwiraswasta.
Dalam soal belajar mengajar saya tidak menemukan hal yang istimewa, sekolah ini tetap menggunakan kegiatan belajar mengajar model Ceramah/kuliah. Selanjutnya diskusi kelompok, latihan (praktikum), dan terakhir penugasan oleh guru. Jika siswa mempunyai prestasi baik dalam belajar itu disebabkan dasarnya memang sudah baik, misalnya NEM yang digunakan syarat untuk masuk ke sekolah ini rata-rata baik, selain itu mereka punya kemauan dan motivasi untuk belajar. Di sini guru dalam mengajar tidak terlalu repot, tidak terbeban, tidak merasa kesulitan, walau dengan persiapan seadanya dan dengan metode yang paling sederhana sekalipun.

Di sekolah ini dalam pembagian kelas telah dikelompokkan atas rangking prestasi belajar, pada siswa yang prestasi belajarnya baik maka dikelompokkan pada kelas unggulan, rangking berikutnya di kelompok kelas berikutnya dan seterusnya.
Kelas unggulan merupakan siswa yang mampu mandiri dalam belajar daripada kelas yang lain di bawahnya, hal ini disebabkan kesadaran siswa yang tinggi disertai motivasi belajar yang tinggi serta karena kemampuan mereka yang baik disertai dengan mereka yang dikumpulkan dengan teman-teman yang baik sehingga punya daya saing yang hebat. Namun secara umum para siswa belum mampu mandiri dalam belajar mereka masih bergantung pada guru untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Dengan mengingat rasa keadilan dalam memberikan pelayanan pada siswa serta berdasar pada salah satu kebijakan strategis yang diambil Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan SDM dengan konsep menggunakan paradigma belajar atau learning paradigm yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau learner menjadi manusia yang diberdayakan, maka tulisan ini difokuskan untuk membantu guru-guru dalam membenahi pengajaran agar membuat siswa menjadi mandiri dalam belajar.





B. Hasil Pengamatan
Dalam pengamatan penulis pola umum mengajar guru-guru di SMK Negeri Y Samarinda adalah : 1) Ceramah; 2) Diskusi kelompok; 3) penugasan, 4) latihan (demonstrasi).
1. Metode Ceramah
Pengajaran menggunakan metode ceramah telah mendominasi dalam kegiatan pengajaran di SMK Negeri Y Samarinda. Metode ceramah /kuliah/penuturan merupakan metode mengajar yang konvensional, karena metode ini sudah sejak dulu digunakan sebagai alat komunikasi pengajaran antara guru dengan siswa. Meskipun metode ini banyak menuntut keaktifan guru daripada siswa, namun metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi pada sekolah-sekolah yang fasilitasnya kurang dan sekolah-sekolah di daerah terpencil (pedalaman).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1996:109-110), "Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
Kelebihan metode ceramah
- Guru mudah menguasai kelas.
- Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
- Dapat diikuti oleh jumlah siswa besar.
- Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
- Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
a. Kelemahan metode ceramah
- Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
- Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar menerimanya.
- Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
- Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya, ini sukar sekali.
- Menyebabkan siswa menjadi pasif.
Dalam praktiknya, guru dalam mengajar tidak bisa hanya menggunakan metode ceramah saja, tapi dikombinasikan dengan metode-metode mengajar lainnya. Misalnya metode ceramah biasanya dikombinasikan dengan tanya jawab dan penugasan, sedang untuk metode latihan dikombinasi dengan ceramah dan demonstrasi.
2. Metode Latihan
Metode latihan digunakan di SMK Negeri Y Samarinda terutama untuk pelajaran-pelajaran yang memerlukan ketrampilan (skill) seperti pelajaran akuntansi, komputer, stenografi, penjualan barang, korespondensi, mengetik dan sebagainya. Untuk pelajaran Matematika, Bahasa Inggris sering pula menggunakan metode ini. Metode latihan atau disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.
Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat disangkal bahwa metode latihan mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode latihan ini kiranya tidak salah bila memahami karakteristik metode ini.


Syaiful Bahri Djamarah (1996:108-109), merinci kelebihan dan kelemahan metode latihan sebagai berikut:
Kelebihan metode latihan
a. Untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat - alat, menggunakan alat-alat (mesin permanen dan elektrik), dan terampil menggunakan peralatan olah raga.
b. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlah, pengurangan, pembagian, tanda -tanda (simbol), dan sebagainya.
c. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya.
d. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
e. Pemanfaatan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
f. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis.
b. Kelemahan metode latihan
a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
d. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis.
e. Dapat menimbulkan verbalisme.
Dalam praktiknya, metode latihan tidak bisa berdiri sendiri namun divariasikan dengan metode ceramah, sebagaimana dijelaskan Syaiful Bahri Djamarah :
"Metode latihan umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari bahan yang dipelajarinya. Karena itu, metode ceramah dapat digunakan sebelum maupun sesudah latihan dilakukan. Tujuan dari ceramah untuk memberikan penjelasan kepada siswa mengenai bentuk keterampilan tertentu yang akan dilakukannya."
3. Metode Diskusi
Metode diskusi digunakan oleh guru SMK Negeri Y Samarinda, umumnya oleh guru mata pelajaran Sejarah, PPKn, Agama dan Etika, serta guru Bahasa Indonesia untuk materi praktik diskusi, dan guru kesekretarisan untuk materi praktik pertemuan dan rapat (meeting).
Metode diskusi bermanfat untuk melatih kemampuan memecahkan masalah secara verbal, dan memupuk sikap demokratis. Diskusi dilakukan bertolak dari adanya masalah. Menurut Winarno Surachmad dalam Muhammad Ali (2000:80-81), pertanyaan yang layak didiskusikan mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Menarik minat siswa yang sesuai dengan tarafnya
2. Mempunyai kemungkinan jawaban yang lebih dari sebuah yang dapat dipertahankan kebenarannya
3. Pada umumnya tidak menyatakan mana jawaban yang benar, tetapi lebih Banyak mengutamakan hal
mempertimbangkan dan membandingkan.

Metode diskusi mempunyai kadar CBSA cukup tinggi. Namun demikian, diskusi dapat berjalan dengan baik dan efektif bila siswa sudah mampu berfikir dan menggunakan penalaran.
Pelaksanaan sebuah diskusi dapat dipimpin oleh guru yang bersangkutan, atau dapat pula meminta salah seorang siswa untuk memimpinnya. Pemimpin diskusi dikenal dengan nama moderator biasanya secara formal moderator dibantu oleh sekretaris, untuk mencatat pokok-pokok fikiran penting yang dikemukakan peserta diskusi.
Sayangnya karena kurikulum di SMK Negeri Y Samarinda yang padat, dan guru harus menghabiskan materi sesuai program pengajaran maka beberapa guru tidak mau menjalankan, alasan repot, makan waktu dan memerlukan kerja keras untuk memperhatikan tiap-tiap kelompok diskusi. Biasanya guru hanya membagi kelompok pelajar untuk berdiskusi tentang suatu topik, tanpa ada bimbingan, sehingga masing-masing kelompok berdiskusi, hasil diskusi ditulis di kertas, hasilnya dikumpulkan.

4. Penugasan
Penugasan kepada siswa sering dilakukan oleh guru SMK Negeri Y Samarinda. Tugas-tugas tersebut diantaranya adalah mengisi LKS (Lembar Kegiatan Siswa), PR (Pekerjaan Rumah), membuat klippping, membuat makalah/karya tulis, mengadakan studi banding.
Tugas ini sebenarnya baik bagi perkembangan siswa dalam belajar, namun guru kurang mengadakan bimbingan sehingga seolah-olah, siswa hanya mengerjakan kewajiban saja, tanpa tahu apa maknanya tugas tersebut. Misalnya dalam membuat kliping siswa hanya menggunting lalu menempel dan menjilid, tidak tahu apa maksud isi yang diklipping tersebut. Misalnya siswa membuat makalah, tanpa pernah dipresentasikan di depan guru/kelas. Misalnya siswa telah mengerjakan LKS lalu dikumpulkan kepada guru tanpa ada koreksi atau pembahasan.
Rupanya ada keengganan bagi guru untuk mengoreksi, untuk menindak lanjuti tugas-tugas yang ia berikan kepada siswa, dan ini bisa berdampak pada siswa yaitu siswa menjadi kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas atau siswa mengerjakan tugas sekedarnya saja (yang penting telah mengerjakan).
C. Permasalahan
Beberapa pola umum mengajar guru-guru SMK Negeri Y Samarinda yang telah diuraikan di atas dengan kelebihan dan kekurangannya masih menimbulkan ganjalan dalam peningkatan mutu pendidikan dan masih menyisakan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Guru belum mampu membuat pelajar menjadi Learner autonomy
2. Guru belum menerapkan konsep belajar tuntas sebagai perwujudan dari learner autonomy
3. Guru belum menggunakan perpustakaan sebagai sarana bagi terlaksananya learner autonomy
4. Guru belum menggunakan metode mengajar yang mengarah pada learner autonomy

D. Analisis Masalah dan Pemecahannya
Pembelajar mandiri (learner autonomy) adalah suatu masalah yang eksplisit atau perhatian yang serius atau sadar: kita tidak dapat menerima tanggung jawab pembelajaran kita meskipun kita mempunyai ide apa, bagaimana, kenapa kita berusaha untuk belajar. Pembelajar harus berinisiatif untuk memberi bentuk arahan untuk proses belajar dan harus berbagi dalam kemajuan dan evaluasi untuk mengembangkan sasaran pembelajar yang dicapai (David Little)

Otonomi secara semantik berarti kompleks, Pembelajar mandiri harus menginterpretasikan kebebasan dari kontrol guru, kebebasan dari tekanan kurikulum bahkan kebebasan untuk memilih tidak belajar. Masing-masing kebebasan ini harus dihadapkan dan didiskusikan secara bijaksana, tetapi untuk kita yang terpenting adalah kebebasan belajar yang tersirat di dalam diri sendiri. Yang berarti kapasitas tersebut dibatasi dengan tujuan yang ingin dicapai.
Pembelajar mandiri secara umum adalah salah satu hasil perkembangan dan eksperimen belajar, sebagai contoh penguasaan bahasa Ibu berhasil hanya bila dikembangkan oleh murid sebagai pengguna bahasa tersebut, sebagai bahasa Ibu. Sama dengan belajar melalui pengalaman membantu mendefinisikan apa itu pelayanan masyarakat dalam memperkembangkan kapasitasnya sebagai tingkah laku pembelajar mandiri. Kebanyakan guru tergantung latihan-latihan pembelajar dalam jangkauan yang lebar dari kelakuan pembelajar di luar kelas yang tergambar dalam prinsip semua pembelajar seharusnya mampu di dalam kelas.
Beberapa kritik diajukan terhadap pembelajar mandiri ini dengan ide-ide yang bermacam-macam, seperti bagian dari tradisi budaya barat atau pembelajar bukan barat/aneh. (Jones, 1995). Argumen ini dibantah bahwa metode ini digunakan untuk mengembangkan pengetahuan pembelajar mandiri sebagai tradisi pengajaran barat contoh budaya pendidikan Denmark, Inggris dan Irlandia. Perkembangan Pembelajar mandiri di Jepang dielaborasikan secara spesifik dengan tradisi budaya Jepang baik di dalam maupun di luar kelas, diharapkan pengalaman terhadap tantangan dan pengayaan belajar adalah didapatkan rasa percaya diri untuk dibawa pulang dengan pengertian yang besar mengenai teori dan implikasi praktik pendidikan.
Belajar mandiri membuat para pelajar terbebas dari kelas reguler, membuat belajar sesuai dengan kemampuan pelajar, dan dapat melayani diri sendiri dalam hal kebutuhan belajarnya. Untuk itu perlu diupayakan agar belajar mandiri ini dapat berkembang dengan mendorong para pelajar untuk belajar dengan tekun yang datang dari keinginannya sendiri. Dengan demikian akan diperoleh generasi yang proaktif, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan kritis. Dengan pembelajar mandiri maka akan tercipta generasi bisa bertoleransi, bisa berdemokrasi, dan berbudi pekerti, serta menghargai hak-hak orang lain. Maka untuk selanjutnya kita tidak lagi menyebut siswa, student atau pupil tapi learner atau pelajar bagi anak didik kita.
Permasalahan pertama, Guru belum mampu membuat pelajar menjadi Learner autonomy atau pelajar menjadi mandiri dalam belajar ini disebabkan oleh adanya pengkotak-kotakan siswa dalam kelas unggulan, dan bukan unggulan. Pada kelas unggulan yang berisi siswa dengan prestasi diatas rata-rata telah terjadi persaingan yang ketat antar mereka, pada kelas ini guru senang dan bersemangat dalam mengajar karena siswa mudah mengerti dan mudah di atur. Motivasi siswa untuk belajar dan berhasil dalam belajar tinggi, sehingga mereka mampu mandiri mamapu menjadi pelajar yang mandiri. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan mereka dalam mengambil inisiatif jika terjadi kekosongan guru/jam kosong, mereka mulai belajar sendiri melalui kunjungan ke perpustakaan, membaca buku pelajaran sendiri, atau membuat kelompok-kelompok diskusi. Lain halnya pada kelas yang dibawah unggulan mereka kurang termotivasi belajar, semakin kebawah kelasnya semakin tidak semangat untuk belajar. Pada kelas ini mereka merasa sebagai kelas afkiran, mereka kelas kedua dan bukan kelas utama, mereka anak-anak yang bodoh yang bermasalah.
Falah Yunus (1999), dalam penelitiannya tentang hubungan motivasi dengan prestasi belajar di SMK Negeri Y Samarinda ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1 1. Korelasi motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa (r=0,62)
2 2. Interpretasi r= 0,62 yaitu : tingkat hubungan adalah "kuat"
3 3. Sumbangan relatif motivasi terhadap prestasi belajar (r2=0,39 atau 39%), sedang sisanya 61% dipengaruhi oleh
faktor lain.
4.
Pada angket motivasi dibagi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, ternyata motivasi intrinsik lebih dominan daripada motivasi ekstrinsik, dengan perbandingan 6:4.
5. Di SMK Negeri Y ada kelas unggulan dan kelas biasa, ternyata kelas unggulan motivasinya lebih tinggi daripada kelas biasa. Dari pernyataan ke 5 simpulan penelitian tersebut, maka seyogyanya agar pelajar dapat mandiri, sekolah jangan membuat kelas unggulan. Jika mau membuat kelas unggulan buat saja sekolah unggulan tersendiri. Untuk itu sebaiknya kelas di campur saja sehingga dalam satu kelas terdapat siswa pandai, sedang dan kurang yang mereka akan berinteraksi dan saling menyadari akan kekurangan dan kelebihan, dan terjaminlah rasa keadilan.
Permasalahan ke dua, Guru belum menerapkan konsep belajar tuntas di SMK Negeri 1 Samarinda sebagai perwujudan dari learner autonomy. Dalam Garis-garis besar Program pendidikan dan Pelatihan (GBPP) Kurikulum SMK, menganut prinsip sebagai berikut :
1. Berbasis luas, kuat dan mendasar (Broad Based Curriculum/BBC)
2. Berbasis kompetensi (Competenci Based Curriculum)
Pengertian Broad Based Curriculum adalah pola penyajian kurikulum yang terstruktur mulai dari kemampuan dasar, kemampuan lanjutan, sampai kemampuan spesialisasi/keahlian 3 aspek dalam pengembangan BBC pertama, pendidikan harus selebar mungkin cakupannya, agar tamatan yang akan bekerja akan dapat menemukan tempat pada lapangan kerja lainnya yang berdekatan dengan kualifiaksi bidang kejuruannya. Kedua pendidikan harus sedalam mungkin agar tamatan yang akan bekerja memiliki kualifikasi yang memadai untuk pekerjaan yang menuntut spesialisai.
Pengertian Pendekatan Competency/kemampuan adalah seperangkat tindakan inteligensi dan penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai prasyarat melaksanakan bidang pekerjaan tertentu

Sehubungan dengan hal tersebut di SMK ada istilah remedial dan pengayaan, maksudnya siswa diharapkan untuk menuntaskan pelajaran sebelum ia mempelajari pelajaran berikutnya atau dalam istilah SMK siswa harus menuntaskan kompetensi pertama sebelum mempelajari kompetensi kedua. Jika siswa belum ternyata belum tuntas maka guru perlu memberikan pengayaan dan remedial. Ini sebenarnya sebuah langkah bahwa siswa harus belajar dan belajar secara kontinyu. Ini adalah mengarah pada siswa menjadi pembelajar mandiri.
Bagaimana guru dapat membuat siswa menjadi pembelajar mandiri dalam menuntaskan pembelajaran ketika dilaksanakan remedial atau pengayaan. Hal ini bisa dilakukan bermacam-macam cara, misalnya guru memberikan tugas kepada pelajar untuk membuat makalah, guru membuat modul yang harus dipelajari pelajar di rumah dan sebagainya.
Pengajaran remedial (remedial teaching ) adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat perbaikan, atau pengajaran yang membuat menjadi baik.
Dalam belajar mengajar guru melakukan pengajaran dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara optimal. Namun jika ternyata terdapat siswa yang lamban dalam belajar dan prestasi belajarnya rendah maka diperlukan suatu proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa agar tercapai hasil yang diharapkan (Moh Uzer Usman,2000).
Pengayaan adalah kegiatan tambahan yang diberikan kepada siswa yang telah mencapai ketentuan dalam belajar yang dimaksudkan untuk menambah wawasan atau memperluas pengetahuannya dalam materi pelajarn yang telah dipelajarinya (Moh Uzer Usman, 2000).
Permasalahan ke tiga, guru belum menggunakan perpustakaan sebagai sarana bagi terlaksananya learner autonomy. Perpustakaan merupakan pusat dan sumber belajar bagi pelajar dan ciri-ciri khas dari seorang pembelajar mandiri adalah kegemarannya dalam membaca. Jika guru mampu menggunakan perpustakaan semaksimal mungkin sebagai sumber belajar siswa, maka tujuan menjadikan siswa suka belajar akan tercapai.
Guru tidak bisa memberikan semua dan seluas-luasnya lmu kepada siswa, mengingat cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu perpustakaan di sekolah harus diberdayakan. Proses belajar mengajar harus melibatkan perpustakaan sekolah. Disamping itu siswa juga diberdayakan untuk menggunakan jaringan komputer (Internet) sebagai sumber pustaka Audio Visual Aids (AVA). Banyak informasi yang bisa diakses dari Internet untuk mengembangkan pengetahun siswa seperti jurnal ilmiah, berita, dan informasi lainnya yang membantu penambahan ilmu pengetahuan siswa.
Menurut SWA-Markplus, dari lima kota (daerah) yang mereka survey yaitu Jabotabek, Surabaya, Bandung, Yogyakarta dan Medan akses internet dari perguruan tinggi dan sekolah terbilang kecil rata-rata 6,7%. Bandingkan dengan akses dari warnet yang menunjukkan angka 45,8% atau dari rumah 19%.
Rupanya internet di kampus dan sekolah belum menjadi kebutuhan. Masih banyak kepala sekolah yang menganggap internet belum jelas manfaatnya di sekolah. Karena itulah mereka tak melengkapi sekolahnya dengan internet. Alasan lain karena faktor dana dan tidak tersedianya sumber daya yang paham internet. Demikian diungkapkan Amir Faisal, staf Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dimenjur) yang sering berkunjung ke sekolah-sekolah di Indonesia untuk melatih penggunaan internet. Dari 700 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Indonesia, baru 300 sekolah yang membuka Internet, "tuturnya (Republika,17/10/2000).
Permasalahan keempat, guru belum menggunakan metode mengajar yang mengarah pada learner autonomy. Perlu bagi guru untuk mengembangkan metode mengajarnya ke arah pelajar menjadi mandiri. Belajar Kelompok atau Diskusi kelompok yang diungkapkan di atas jika di kelola dengan serius oleh guru akan mengantarkan pelajar menjadi pembelajar mandiri.
Belajar Kelompok (Cooperative learning) adalah sebuah strategi pengajaran yang sukses di dalam tim kecil, penggunaan sebuah variasi dari aktivitas belajar untuk memperbaiki pemahaman subyek. Setiap anggota tim tidak hanya bertanggung jawab pada belajar yang telah diajarkan tapi juga membantu kawan belajar se-tim, jadi membuat sebuah kondisi berprestasi (Stephen Balkcom).

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Muslimin Ibrahin (2000) adalah :
1.Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
3.Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda
4.Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperative :
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa



Fase 2
Menyajikan informasi


Fase 3
Mengorganisasikan siswa kedalam ke –
lompok-kelompok belajar


Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5
Evaluasi


Fase 6
Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar


Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demostrasi atau lewat bahan bacaan


Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu agar setiap kelompok melakukan transisi secara fisien

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


Belajar kelompok yang terdiri 4-6 anak per kelompok sangat bagus bagi perkembangan kepribadian anak dan perkembangan sosialisasi. Pada belajar ini siswa dapat saling berinteraksi sehingga akan timbul rasa persaudaraan, siswa belajar untuk mengeluarkan pendapat, ide. Siswa akan bangga terhadap penguasaan topik tertentu dan akan memberikan presentasi kepada teman-temannya, bahkan dalam salah satu strategi belajar kelompok siswa dapat memperoleh julukan ahli misalnya ahli empedu, ahli jantung dan sebagainya dalam belajar kelompok.
Linda luendgren (1994 dan Nur dkk, 1997) yang dikutip oleh Muslimin Ibrahim dkk, memberikan beberapa hasil penelitian yang menunjukan manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil yang rendah antara lain :
• Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
• Rasa harga diri lebih tinggi
• Memperbaiki sikap terhadap IPA dan segala
• Memperbaiki kehadiran
• Angka putus sekolah menjadi lebih rendah
• Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
• Perilaku menggangu menjadi lebih kecil
• Konflik antar pribadi berkurang
• Sikap apatis berkurang
• Pemahaman yang lebih mendalam
• Motivasi lebih besar
• Hasil belajar lebih tinggi
• Retensi lebih lama
• Meningkatakan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Berdasarkan teknik pelaksanaan , diskusi kelompok dapat digolongkan dua macam, yang jika dilaksanakan akan mengarahkan siswa untuk menjadi pembelajar mandiri, yaitu :
1. Debate. Di dalam debate terdapat dua kelompok mempertahankan pendapatnya masing-masing yang bertentangan. Pendengar (Audience) dijadikan sebagai kelompok yang memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam keputusan akhir. Agar debate tidak bekrpanjangan harus dibatasi sesuai dengan waktu yang tersedia.
2. Diskusi. Diskusi pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik temu pendapat tentang sesuatu masalah. Ditinjau dari pelaksanaannya dapat digolongkan ke dalam :
1. Diskusi kelas. Diskusi kelas adalah semacam 'brain storming' (pertukaran pendapat). Dalam hal ini guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Jawaban dari siswa diajukan lagi kepada siswa lain atau dapat pula meminta pendapat siswa lain tentang hal itu. Sehingga terjadi pertukaran pendapat secara serius dan wajar.

1. Diskusi kelompok. Guru mengemukakan suatu masalah. Masalah dipecah ke dalam sub masalah. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil mendiskusikan sub-sub masalah tersebut. Hasil diskusi kelompok dilaporkan di depan kelas dan ditanggapi. Kesimpulan akhir adalah kesimpulan hasil laporan kelompok yang sudah ditanggapi seluruh isiwa.

1. Panel. Panel merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang saja. Bisanya antara 3 sampai dengan 7 orang panelis. Siswa lain hanya bertindak sebagai pendengar (Audience). Dengan diskusi yang dilakukan oleh panelis tadi, audiens dapat memahami maksud yang terkandung pada masalah yang didiskusikan; merangsang berfikir untuk mendiskusikan lebih lanjut. Oleh karena itu panel dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar ahli memahami seluk beluk masalah yang didiskusikan. Panel tidak bertujuan memproleh kesimpulan, tapi merangsang berfikir agar siswa mendiskusikan lebih lanjut.

1. Konferensi. Dalam konferensi anggota duduk saling menghadap, mendiskusikan sesuatu masalah. Setiap peserta/siswa harus memahami bahwa kehadirannya harus sudah mempersiapkan pendapat yang akan diajukan.

1. Symposium. Pelaksanaan symposium dapat menempuh dua cara. Cara pertama, mengundang dua orang pembicara atau lebih. Setiap pembicara dimintakan untuk menyajikan prasaran yang sudah ditulis. Masalah yang dibahas oleh setiap pembicara adalah sama. Namun masing-masing menyoroti dari sudut pandangan yang berbeda-beda. Cara ke dua, membagi masalah ke dalam beberapa aspek. Setiap aspek di bahas oleh seorang pemrasaran, Selanjutnya disiapkan penyanggah umum yang akan menyoroti pemrasaran tersebut. Setelah selesai penyanggah umum memberikan sanggahan, baru diberikan kesempatan memberikan jawaban sanggahan.

1. Seminar. Seminar merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksankan dalam meletakkan dasar-dasr pembinaan tentang masalah yang dibahas. Pembahasan seminar bertolak dari kertas kerja yang disusun oleh pemrasaran, dan maksud yang terkandung dalam pokok seminar (tema). Pelaksanaanya seringkali diawali dengan pandangan umum atau pengarahan dari fihak tertentu yang berkepentingan.

Peranan guru sebagai pemimpin diskusi pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Pengatur jalannya diskusi, yakni :
a. Menunjukkan pertanyaan kepada seorang siswa
b. Menjaga ketertiban pembicaraan
c. Memberi rangsangan kepada siswa untuk berpendapat
d. Memperjelas suatu pendapat yang dikemukakan
2. Sebagai dinding penangkis, yakni menerima dan menyebarkan pertanyaan
/pendapat kepada seluruh peserta
3. Sebagai penunjuk jalan, yakni memberikan pengarahan tentang tatacara
diskusi (muhamad Ali,1990:80)

Dalam pengajaran bahasa, terutama bahasa Inggris penggunaan belajar kelompok seperti diskusi kelompok dan seminar akan sangat menarik, dan mampu membuat siswa menjadi mahir dalam berbahasa Inggris, sebab siswa dengan metode ini mau tidak mau dipaksa untuk menggunakan bahasa Inggris dalam melakukan pembicaraan, menyanggah, berdebat dan berargumentasi.
Di SMK Negeri Y Samarinda, berhubung ada pelaksanaan Praktik Industri (On the Job Training) dimana siswa harus meninggalkan sekolah selama 3 (tiga) bulan untuk latihan kerja di dunia usaha/perusahaan maka akan mengakibatkan jam belajar siswa berkurang. Untuk itu perlu bagi sekolah untuk mampu membuat siswa menjadi pembelajar mandiri di rumah dengan cara belajar menggunakan Modul.

Menurut James D. Ruseel (1973) dalam Muhammad Ali, modul yaitu merupakan suatu paket belajar mengajar berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran. Dengan modul siswa dapat mencapai taraf mastery (tuntas) dengan belajar secara individual. Siswa tidak dapat melanjutkan ke suatu unit pelajaran berikutnya sebelum mencapai taraf tuntas. Biasanya modul menggunakan multi media. Dengan melalui modul siswa dapat mengontrol kemampuan dan intesitas belajarnya, modul dapat dipelajari dimana saja. Lama sebuah modul tidak tertentu. Dapat beberapa menit, dapat bebetapa jam, dapat dilakukan secara tersendiri atau dibuat variasi dengan metoda lain.

Jika dilihat dari segi interaksi belajar mengajar yang berorientasi pada siswa sebagai subyek maka, modul itu dapat membuat:
1. Anak didik akan lebih aktif dalam belajar karena yang bersangkutan dituntut aktif berpartisipasi dalam setiap penyelesaian modul sesuai kemampuan anak dan guru hanya sebagai pembimbing, yang berusaha mengatur kelas sedemikian rupa sehingga anak belajar dengan baik.

1. Anak belajar sesuai dengan pertumbuhan masing-masing. Anak yang cepat akan dapat menyelsaikan modul lebih dahulu, tetapi ada pula anak yang lambat dalam penyelesaian modulnya.

E. Simpulan dan Saran

Dari uraian di atas dapat di buat simpulan dan saran sebagai berikut :
1. SMK Negeri Y Samarinda dalam proses belajar mengajar belum memberdayakan pelajar menjadi Learner Autonomy, padahal ini perlu digalakkan dalam kerangka menjebatani salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam meningkatkan mutu pendidikan untuk mengembangkan SDM dengan konsep menggunakan paradigma belajar atau learning paradigm yang akan menjadikan pelajar-pelajar atau learner menjadi manusia yang diberdayakan
2. SMK Negeri Y Samarinda perlu memberdayakan siswa menjadi leraner outonomy dengan menghapus kelas unggulan, memberdayakan perpustakaan dan jaringan komputer (internet), pelaksanaan belajar tuntas dengan mengadakan remedial dan pengayaan, metode belajar kelompok terutama diskusi kelompok dan seminar dan pengajaran modul
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Internet Belum Dianggap Penting Di SMK, berita dalam harian Republika, 17/10/00
Ali, Muhammad, 2000, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung
Astati, Sutriati, 1999, Pendukung Pelaksanaan Buku II Kurikulum SMK Edisi 1999, PPPGK Sawangan, Depdikbud
Balkcom, Stephen, Cooperative Learning, diakses dari http://www.ed. gov/pubs/ OR/Consumen Guides/Index.html diakses 2 Mei 2002
arah, Syaiful Bakri, 1996, Starategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000, Pembelajaran Cooperative, Program Pascasarjana Unesa, University Press, Surabaya

Little, David, Learner Autonomy : What and Why ?, The Language Teacher Online 22.10, diakses dari http://longue.hyoer.chubu.ac.jp/jalt/pub/t;t /98/nov/littledam.html diakses 2 Mei 2002
Usman, Moh. Uzer, 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung
Yusuf, A. Muri, 1982, Pengantar Ilmu Pendidikan, Ghalia Indonesia,