SELAMAT DATANG DI BLOG ANJAR SETIO PURNOMO, S.Pd.

Sabtu, 07 Juli 2012

PEMBUATAN BRIKOTER

PEMBUATAN BRIKOTER
A.  Tinjauan Pustaka
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbahai tujuan (Sihombing, 2002).
Untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar perlu dicari sumber energi alternatif agar  kebutuhan bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak lingkungan. Salah satu bahan bakar alternatif ini ternyata dapat dibuat dari kotoran sapi.  Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak. Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak dan lain – lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses,urine,sisa makanan,embrio,kulit telur,lemak,darah,bulu,kuku, tulang,tanduk,isi rumen,dan lain-lain.Dalam konteks itu pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi (bahan bakar) merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu untuk keperluan rumah tangga (Sofyadi, 2003).
Pemanfaatan kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenis bahan bakar yaitu biogas dan briket. Di India dengan adanya tinja sapi sebanyak 5 kg perekor dan kerbau 15 kg perekor, oleh pemerintah India disarankan untuk dihasilkannya dung cake (briket) secara massal sebagai sumber energi (Nurtjahya, 2003).

Dengan penggunaan briket kotoran ternak sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain itu penggunaan briket kotoran ternak dapat menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan pembuatan briket  maka akan menningkatkan pemanfaatan limbah hasil ternak sekaligus mengurangi pencemaran udara, karena selama ini kotoran ternak banyak yang hanya dibiarkan begitu saja.Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila pembuatan briket ini dikelola dengan baik untuk selanutnya briket dijual (Arhief, 2008).
Sampah organik ternyata tidak cuma bisa diolah menjadi kompos tetapi juga bisa dibuat sebagai bahan bio massa. Bentuk paling sederhananya adalah dibuat menjadi briket. Jika selama ini, nenek moyang kita menggunakan aneka dedaunan dan ranting sebagai bahan bakar pada tumangnya (tungku batu), prinsip kerja briket sampah pun sama, sebagai bahan bakar alternatif pada kompor alternatif. Kenapa perlu dibuat briket? Alasan utama adalah sampah yang sudah dibriket bisa disimpan,sehingga ketika musim hujan tiba sementara daun dan ranting menjadi lembab, maka ada alternatif  bahan bakar yang murah meriah. Bahan baku briket ini bisa diganti dengan serbuk kayu atau serbuk gergaji, kompos yang sudah matang, kotoran ternak /sapi (Rita, 2009)
B.  Materi dan Metode
1. Materi
1)        Alat
  1. Alat sederhana pencetak briket
  2. Stopwatch
  3. Alat dokumentasi
  4. Ember plastik
  5. Timbangan
2)        Bahan
  1. Feses Sapi 2 Kg
  2. Tepung kanji 1 Kg
  3. Serbuk gergaji 1 Kg
  4. Air
  5. Korek api
2. Metode
1)        Menimbang semua bahan yakni feses sapi, serbuk gergaji dan tepung kanji dengan perbandingan 2:1:1.
2)        Mencampurkan feses sapi, serbuk gargaji dan tepung kanji kedalam ember plastik dan menambahkan air agar memudahkan pencampuran bahan.
3)        Mngaduk bahan sampai homogen.
4)        Mencetak bahan kedalam alat pencetak briket.
5)        Briket yang telah dicetak dijemur selama seminggu agar menghilangkan kadar air yang ada di dalam briket.
6)        Membakar briket dan mengamati warna api serta lama nayala api.
C.  Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel2. Hasil Pengamaatan Uji Kualitas Briket
Indikator Warna Api Lama Nyala Api
Briket+ Alkohol Jingga/Orange 2 menit 40 detik
Briket+ Minyak Tanah Jingga/Orange terang 4 menit 33 detik
Sumber: Laporan Sementara
2. Pembahasan
Briket adalah sumber energi alternatif pengganti Minyak Tanah dan Elpiji dari bahan-bahan bekas, sampah maupun limbah-limbah pertanian yang tidak terpakai dan diolah. Pembuatan briket berbeda dengan pembuatan biogas. Dimana pembuatan briket dilakukan dengan mengubah kotoran ternak dalam bentuk briket dengan menggunakan alat cetak. Briket yang sudah terbentuk dikeringkan dengan sinar matahari. Setelah kering, briket tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas. Alat pemanas diletakkan diatas kompor atau tungku. Setelah briket berubah jadi arang yang ditandai dengan habisnya asap yang keluar pada tempat pemanas. Lalu alat pemanas di buka dan briket yang masih membara disemprot dengan air. Briket yang sudah jadi arang ini dapat dipakai sebagai bahan bakar untuk memasak atau kebutuhan rumah tangga (Widodo, 2005).
Pada praktikum Dasar Teknologi Hasil Ikutan Ternak acara pembuatan brikoter ini diawali dengan menimbang semua bahan yaitu feses sapi, tepung kanji dan serbuk gergaji. Perbandingan semua bahan ini adalah 2:1:1 yaitu 2 Kg untuk feses sapi, 1 Kg untuk tepung kanji dan 1 Kg untuk serbuk gergaji. Setelah semua bahan ditimbang, kemudian bahan dimasukkan ke dalam ember plastik dan diaduk hingga homogen. Sebernarnya dalam pembuatan brikoter ini tidak perlu menggunakan air karena feses sapi sudah mengandung air namun karena feses sapi yang digunakan dalam praktikum ini terlalu kering maka perlu penambahan air agar bahan mudah dicampur menjadi homogen. Langkah selanjutnya adalah mencetak briket menggunakan alat pencetak briket sederhana yang telah dibuat.
Pada praktikum ini, kami hanya mencetak briket berjumlah 10 buah yang akan digunakan sebagai bahan uji kualitas brikoter. Setelah briket selesai dicetak, briket dijemur selama satu minggu untuk mengurangi kadar air yang ada didalam briket agar briket mudah untuk dibakar.
Gambar 2. Proses penimbangan bahan-bahan untuk briket
Gambar 3. Proses pencampuran bahan-bahan briket
Gambar 4. Proses pencetakan briket
Setelah satu minggu dijemur, briket dibakar untuk menguji kualitasnya. Pengujian briket menggunakan alkohol dan minyak tanah sebagai indikator. Hasil praktikum menunjukkan bahwa briket yang dibakar menggunakan alkohol hanya menyala selama 2 menit 40 detik dengan nyala api berwarna jingga atau orange yang tidak begitu terang tanpa asap sedangkan briket yang dibakar menggunakan minyak tanah mampu menyala selama 4 menit 33 detik dengan nyala api orange terang dan berasap. Hal ini disebabkan karena sifat alkohol yang mudah menguap sedangkan minyak tanah tidak mudah menguap dan mampu diserap dengan baik oleh briket sehingga briket mampu menyala lebih lama. Pembakaran alkohol adalah pembakaran sempurna, yang disamping menghasilkan panas dan cahaya juga hanya menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan air sehingga pembakaran berlangsung dengan cepat. Gas CO2 dan air adalah partikel yang tidak berbau, itulah sebabnya pembakaran kompor alkohol tidak menimbulkan bau apalagi bau asap. Kompor alkohol tidak menghasilkan asap seperti kompor minyak tanah. Asap yang dihasilkan kompor minyak tanah berasal dari pembakaran yang tidak sempuna. Asap adalah campuran partikel berukuran renik yang berwujud padat (misalnya debu) atau berwujud cair di dalam udara, oleh karena itu pembakaran menggunakan minyak tanah berlangsung lama (Rizna, 2009).
Gambar 5. Pembakaran briket menggunakan alkohol
Gambar 6. Pembakaran briket menggunakan minyak tanah.
Pembakaran briket ini tidak berlangsung secara sempurna karena sebagian briket ada yang tidak terbakar. Hal ini dikarenakan proses penjemuran yang kurang maksimal sehingga bagian tengah briket masih sedikit basah. Pada bagian briket yang terbakar menghasilkan arang yang halus dan rapat. Hal ini bisa disebabkan karena komposisi tepung kanji yang terlalu banyak. Solusi dari permasalah diatas adalah mengubah komposisi sampai ditemukan komposisi yang pas untuk menghasilkan briket arang yang sempurna serta melakukan penjemuran yang benar-benar intensif sehingga briket mampu terbakar sempurna. Menurut Wahyu (2011), proses pembuatan briket bioarang memang agak rumit, namun sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipraktekkan. Agar bisa terbakar dengan baik, campuran lem kanji dengan tepung arang menggunakan perbandingan (1:9) sehingga menjadi adonan yang lengket. Agar pemakaian bioarang lebih hemat adonan ini dapat ditambah ampas kelapa, serbuk gergaji, kertas bekas, bubuk ampas jarak pagar sisa proses pembuatan biodisel dan semacamnya. Selanjutnya adonan diaduk-aduk agar semua bahan tercampur rata dan cukup lengket. Adonan yang sudah lengket kemudian dicetak pada alat pencetak. Dalam pembuatan briket bioarang ini, bahan utama bisa diganti menggunakan kotoran ternak.
D.  Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Dasar Teknologi Hasil Ikutan ternak acara pembuatan brikoter ini adalah briket merupakan  sumber energi alternatif pengganti Minyak Tanah dan Elpiji dari bahan-bahan bekas, sampah maupun limbah-limbah pertanian yang tidak terpakai dan diolah. Proses pembuatan brikoter adalah menimbang semua bahan. Perbandingan semua bahan untuk briket adalah 2:1:1 yaitu 2 Kg untuk feses sapi, 1 Kg untuk tepung kanji dan 1 Kg untuk serbuk gergaji setelah itu mencampur semua bahan hingga homogen, mencetak briket pada alat pencetak briket, menjemur briket dan membakar briket.
Briket yang dibakar menggunakan alkohol hanya menyala selama 2 menit 40 detik dengan nyala api berwarna jingga atau orange yang tidak begitu terang sedangkan briket yang dibakar menggunakan minyak tanah mampu menyala selama 4 menit 33 detik. Hal ini disebabkan karena sifat alkohol yang mudah menguap.
Pembakaran briket ini tidak berlangsung secara sempurna karena sebagian briket ada yang tidak terbakar karena proses penjemuran yang kurang maksimal sehingga bagian tengah briket masih sedikit basah. Pada bagian briket yang terbakar menghasilkan arang yang halus dan rapat yang  dikarenakan komposisi tepung kanji yang terlalu banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Arhief. 2008. Pembuatan  Briket. http://arhiefstyle87.wordpress.Com /2008/04/10 /pembuatan-briket-arangdari-serbuk-gergaji/. Diakses pada hari Rabu, 30 November 2011 pukul 14.00 WIB.
Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB, Bogor.
Rita. 2009. Briket Sampah. http://bandarsampah.blogdetik.com. Diakses pada hari Rabu, 30 November 2011 pukul 14.00 WIB.
Rizna. 2009. Faktanya kompor BBA. http://sekolahmultiply.multiply.com/journal /item/11. Diakses pada hari Sabtu, 10 Desember 2011 pukul 19.00 WIB.
Sofyadi, Cahyan. 2003. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan. Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor.
Sihombing D.T.H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor
Soehadji. 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Wahyu, Arozi. 2011. Pembuatan Briket Arang. www.madanitec.com. Diakses pada hari Sabtu, 10 Desember 2011 pukul 19.00 WIB.
Widodo, Asari, dan Unadi, 2005. Pemanfaatan Energi Biogas Untuk Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Publikasi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar