PEMBUATAN BRIKOTER
A. Tinjauan Pustaka
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable)
selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat
padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan
nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang
lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan
untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media berbahai
tujuan (Sihombing, 2002).
Untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar perlu dicari sumber energi
alternatif agar kebutuhan bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak
lingkungan. Salah satu bahan bakar alternatif ini ternyata dapat dibuat dari kotoran sapi.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu
alternatif yang tepat untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak.
Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan usaha
peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan,
pengolahan produksi ternak dan lain – lain. Limbah tersebut meliputi
limbah padat dan limbah cair seperti feses,urine,sisa
makanan,embrio,kulit telur,lemak,darah,bulu,kuku, tulang,tanduk,isi
rumen,dan lain-lain.Dalam konteks itu pemanfaatan kotoran ternak sebagai
sumber energi (bahan bakar) merupakan salah satu alternatif untuk
mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu untuk keperluan rumah tangga
(Sofyadi, 2003).
Pemanfaatan kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenis bahan bakar yaitu
biogas dan briket. Di India dengan adanya tinja sapi sebanyak 5 kg
perekor dan kerbau 15 kg perekor, oleh pemerintah India disarankan untuk
dihasilkannya dung cake (briket) secara massal sebagai sumber energi (Nurtjahya, 2003).
Dengan penggunaan briket kotoran ternak sebagai bahan bakar maka kita
dapat menghemat penggunaan kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain
itu penggunaan briket kotoran ternak dapat menghemat pengeluaran biaya
untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji. Dengan memanfaatkan kotoran
ternak sebagai bahan pembuatan briket maka akan menningkatkan
pemanfaatan limbah hasil ternak sekaligus mengurangi pencemaran udara,
karena selama ini kotoran ternak banyak yang hanya dibiarkan begitu
saja.Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
bila pembuatan briket ini dikelola dengan baik untuk selanutnya briket
dijual (Arhief, 2008).
Sampah organik ternyata tidak cuma bisa diolah menjadi kompos tetapi
juga bisa dibuat sebagai bahan bio massa. Bentuk paling sederhananya
adalah dibuat menjadi briket. Jika selama ini, nenek moyang kita
menggunakan aneka dedaunan dan ranting sebagai bahan bakar pada
tumangnya (tungku batu), prinsip kerja briket sampah pun sama, sebagai
bahan bakar alternatif pada kompor alternatif. Kenapa perlu dibuat
briket? Alasan utama adalah sampah yang sudah dibriket bisa
disimpan,sehingga ketika musim hujan tiba sementara daun dan ranting
menjadi lembab, maka ada alternatif bahan bakar yang murah meriah. Bahan
baku briket ini bisa diganti dengan serbuk kayu atau serbuk gergaji,
kompos yang sudah matang, kotoran ternak /sapi (Rita, 2009)
B. Materi dan Metode
1. Materi
1) Alat
- Alat sederhana pencetak briket
- Stopwatch
- Alat dokumentasi
- Ember plastik
- Timbangan
2) Bahan
- Feses Sapi 2 Kg
- Tepung kanji 1 Kg
- Serbuk gergaji 1 Kg
- Air
- Korek api
2. Metode
1) Menimbang semua bahan yakni feses sapi, serbuk gergaji dan tepung kanji dengan perbandingan 2:1:1.
2) Mencampurkan feses sapi, serbuk gargaji dan tepung kanji
kedalam ember plastik dan menambahkan air agar memudahkan pencampuran
bahan.
3) Mngaduk bahan sampai homogen.
4) Mencetak bahan kedalam alat pencetak briket.
5) Briket yang telah dicetak dijemur selama seminggu agar menghilangkan kadar air yang ada di dalam briket.
6) Membakar briket dan mengamati warna api serta lama nayala api.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel2. Hasil Pengamaatan Uji Kualitas Briket | |||
Indikator | Warna Api | Lama Nyala Api | |
Briket+ Alkohol | Jingga/Orange | 2 menit 40 detik | |
Briket+ Minyak Tanah | Jingga/Orange terang | 4 menit 33 detik | |
Sumber: Laporan Sementara |
2. Pembahasan
Briket adalah sumber energi alternatif pengganti Minyak Tanah dan
Elpiji dari bahan-bahan bekas, sampah maupun limbah-limbah pertanian
yang tidak terpakai dan diolah. Pembuatan briket berbeda dengan
pembuatan biogas. Dimana pembuatan briket dilakukan dengan mengubah
kotoran ternak dalam bentuk briket dengan menggunakan alat cetak. Briket
yang sudah terbentuk dikeringkan dengan sinar matahari. Setelah kering,
briket tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas. Alat pemanas
diletakkan diatas kompor atau tungku. Setelah briket berubah jadi arang
yang ditandai dengan habisnya asap yang keluar pada tempat pemanas. Lalu
alat pemanas di buka dan briket yang masih membara disemprot dengan
air. Briket yang sudah jadi arang ini dapat dipakai sebagai bahan bakar
untuk memasak atau kebutuhan rumah tangga (Widodo, 2005).
Pada praktikum Dasar Teknologi Hasil Ikutan Ternak acara pembuatan
brikoter ini diawali dengan menimbang semua bahan yaitu feses sapi,
tepung kanji dan serbuk gergaji. Perbandingan semua bahan ini adalah
2:1:1 yaitu 2 Kg untuk feses sapi, 1 Kg untuk tepung kanji dan 1 Kg
untuk serbuk gergaji. Setelah semua bahan ditimbang, kemudian bahan
dimasukkan ke dalam ember plastik dan diaduk hingga homogen. Sebernarnya
dalam pembuatan brikoter ini tidak perlu menggunakan air karena feses
sapi sudah mengandung air namun karena feses sapi yang digunakan dalam
praktikum ini terlalu kering maka perlu penambahan air agar bahan mudah
dicampur menjadi homogen. Langkah selanjutnya adalah mencetak briket
menggunakan alat pencetak briket sederhana yang telah dibuat.
Pada praktikum ini, kami hanya mencetak briket berjumlah 10 buah yang
akan digunakan sebagai bahan uji kualitas brikoter. Setelah briket
selesai dicetak, briket dijemur selama satu minggu untuk mengurangi
kadar air yang ada didalam briket agar briket mudah untuk dibakar.
Gambar 2. Proses penimbangan bahan-bahan untuk briket
Gambar 3. Proses pencampuran bahan-bahan briket
Gambar 4. Proses pencetakan briket
Setelah satu minggu dijemur, briket dibakar untuk menguji
kualitasnya. Pengujian briket menggunakan alkohol dan minyak tanah
sebagai indikator. Hasil praktikum menunjukkan bahwa briket yang dibakar
menggunakan alkohol hanya menyala selama 2 menit 40 detik dengan nyala
api berwarna jingga atau orange yang tidak begitu terang tanpa asap
sedangkan briket yang dibakar menggunakan minyak tanah mampu menyala
selama 4 menit 33 detik dengan nyala api orange terang dan berasap. Hal
ini disebabkan karena sifat alkohol yang mudah menguap sedangkan minyak
tanah tidak mudah menguap dan mampu diserap dengan baik oleh briket
sehingga briket mampu menyala lebih lama. Pembakaran alkohol adalah
pembakaran sempurna, yang disamping menghasilkan panas dan cahaya juga
hanya menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan air sehingga pembakaran
berlangsung dengan cepat. Gas CO2 dan air adalah partikel yang tidak
berbau, itulah sebabnya pembakaran kompor alkohol tidak menimbulkan bau
apalagi bau asap. Kompor alkohol tidak menghasilkan asap seperti kompor
minyak tanah. Asap yang dihasilkan kompor minyak tanah berasal dari
pembakaran yang tidak sempuna. Asap adalah campuran partikel berukuran
renik yang berwujud padat (misalnya debu) atau berwujud cair di dalam
udara, oleh karena itu pembakaran menggunakan minyak tanah berlangsung
lama (Rizna, 2009).
Gambar 5. Pembakaran briket menggunakan alkohol
Gambar 6. Pembakaran briket menggunakan minyak tanah.
Pembakaran briket ini tidak berlangsung secara sempurna karena
sebagian briket ada yang tidak terbakar. Hal ini dikarenakan proses
penjemuran yang kurang maksimal sehingga bagian tengah briket masih
sedikit basah. Pada bagian briket yang terbakar menghasilkan arang yang
halus dan rapat. Hal ini bisa disebabkan karena komposisi tepung kanji
yang terlalu banyak. Solusi dari permasalah diatas adalah mengubah
komposisi sampai ditemukan komposisi yang pas untuk menghasilkan briket
arang yang sempurna serta melakukan penjemuran yang benar-benar intensif
sehingga briket mampu terbakar sempurna. Menurut Wahyu (2011), proses
pembuatan briket bioarang memang agak rumit, namun sebenarnya tidak
terlalu sulit untuk dipraktekkan. Agar bisa terbakar dengan baik,
campuran lem kanji dengan tepung arang menggunakan perbandingan (1:9)
sehingga menjadi adonan yang lengket. Agar pemakaian bioarang lebih
hemat adonan ini dapat ditambah ampas kelapa, serbuk gergaji, kertas
bekas, bubuk ampas jarak pagar sisa proses pembuatan biodisel dan
semacamnya. Selanjutnya adonan diaduk-aduk agar semua bahan tercampur
rata dan cukup lengket. Adonan yang sudah lengket kemudian dicetak pada
alat pencetak. Dalam pembuatan briket bioarang ini, bahan utama bisa
diganti menggunakan kotoran ternak.
D. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Dasar Teknologi Hasil
Ikutan ternak acara pembuatan brikoter ini adalah briket merupakan
sumber energi alternatif pengganti Minyak Tanah dan Elpiji dari
bahan-bahan bekas, sampah maupun limbah-limbah pertanian yang tidak
terpakai dan diolah. Proses pembuatan brikoter adalah menimbang semua
bahan. Perbandingan semua bahan untuk briket adalah 2:1:1 yaitu 2 Kg
untuk feses sapi, 1 Kg untuk tepung kanji dan 1 Kg untuk serbuk gergaji
setelah itu mencampur semua bahan hingga homogen, mencetak briket pada
alat pencetak briket, menjemur briket dan membakar briket.
Briket yang dibakar menggunakan alkohol hanya menyala selama 2 menit
40 detik dengan nyala api berwarna jingga atau orange yang tidak begitu
terang sedangkan briket yang dibakar menggunakan minyak tanah mampu
menyala selama 4 menit 33 detik. Hal ini disebabkan karena sifat alkohol
yang mudah menguap.
Pembakaran briket ini tidak berlangsung secara sempurna karena
sebagian briket ada yang tidak terbakar karena proses penjemuran yang
kurang maksimal sehingga bagian tengah briket masih sedikit basah. Pada
bagian briket yang terbakar menghasilkan arang yang halus dan rapat
yang dikarenakan komposisi tepung kanji yang terlalu banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Arhief. 2008. Pembuatan Briket.
http://arhiefstyle87.wordpress.Com /2008/04/10
/pembuatan-briket-arangdari-serbuk-gergaji/. Diakses pada hari Rabu, 30
November 2011 pukul 14.00 WIB.
Farida E. 2000. Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah
Organik Lain Sebagai Pakan atau Media Produksi Kokon dan Biomassa Cacing
Tanah Eisenia foetida savigry. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. IPB, Bogor.
Rita. 2009. Briket Sampah. http://bandarsampah.blogdetik.com. Diakses pada hari Rabu, 30 November 2011 pukul 14.00 WIB.
Rizna. 2009. Faktanya kompor BBA. http://sekolahmultiply.multiply.com/journal /item/11. Diakses pada hari Sabtu, 10 Desember 2011 pukul 19.00 WIB.
Sofyadi, Cahyan. 2003. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan. Badan Litbang Departemen Pertanian. Bogor.
Sihombing D.T.H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha
Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian,
Institut Pertanian Bogor
Soehadji. 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan Penanganan Limbah Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Wahyu, Arozi. 2011. Pembuatan Briket Arang. www.madanitec.com. Diakses pada hari Sabtu, 10 Desember 2011 pukul 19.00 WIB.
Widodo, Asari, dan Unadi, 2005. Pemanfaatan Energi Biogas Untuk Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Publikasi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar