I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain untuk meningkatkan hasil pertanian baik untuk tanaman keras
maupun lunak, pupuk organik sangat cocok digunakan dialam tropis ini,
karena tidak meninggalkan residu di dalam tanah dan membuat tanah
menjadi gembur. Residu yang bertumpuk didalam tanah dalam jangka waktu
panjang akan merusak unsur hara didalam tanah yang berakibat tanah
menjadi keras dan menggumpal.
Ada tiga unsur yang sangat menentukan tingkat kesuburan tanah di
lahan pertanian yaitu unsur biologi, fisika dan kimia, ketiga unsur ini
saling terkait dan harus seimbang. Ketimpangan unsur didalam kandungan
tanah akan mematikan unsur biologi didalam tanah, tanah menjadi semakin
keras dan tidak dapat menyimpan air. Kalau sudah terjadi ketimpangan
ini, pemulihannya akan memakan waktu lama dan memakan biaya yang besar.
Sekarang ini sedang maraknya program GO GREEN yang mana semua produk
khususnya yang dikonsumsi manusia diupayakan bersifat organik.Melihat
peluang tersebut banyak kalangan (pengusaha, produsen, pedagang, dll)
yang cepat-cepat beralih ke produk organik dengan memanfaatkan berbagai
limbah untuk pembuatan pupuk organik.
Pupuk dari urin bagi sebagian orang mungkin terdengar tak lazim, tapi
begitulah kenyataannya. Urine sapi merupakan komoditi yang berharga
karena urine sapi mengandung unsur Nitrigen yang tinggi yang berguna
untuk menyuburkan tanah. Oleh karena itu sudah banyak sekali petani yang
mengolah dan menggunakan urine sapi sebagai pupuk organik yang ekonomis
dan menguntungkan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
- Mahasiswa mengetahui cara pembuatan pupuk cair dan manfaat dari pupuk cair tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap urine sapi,
diantaranya adalah Anty ( 1987 ) melaporkan bahwa urine sapi mengandung
zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh
diantaranya adalah IAA. Lebih lanjut dijelaskan bahwa urine sapi juga
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman
jagung. Karena baunya yang khas urine ternak juga dapat mencegah
datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine sapi juga dapat berfungsi
sebagai pengendalian hama tanaman dari serangan (Phrimantoro, 1995).
Lingga, ( 1991) melaporkan bahwa jenis dan kandungan hara yang
terdapat pada beberapa kotoran ternak padat dan cair dapat dilihat pada
Tabel 1. berikut.
Table 1. Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak padat dan cair
Ternak dan kotorannya
|
Nitrogen (%) | Fosfor (%) | Kalium (%) | Air (%) |
Kuda –padat | 0.55 | 0.30 | 0.40 | 75 |
Kuda –cair | 1.40 | 0.02 | 1.60 | 90 |
Kerbau –padat | 0.60 | 0.30 | 0.34 | 85 |
Kerbau –cair | 1.00 | 0.15 | 1.50 | 92 |
Sapi –padat | 0.40 | 0.20 | 0.10 | 85 |
Sapi –cair | 1.00 | 0.50 | 1.50 | 92 |
Kambing –padat | 0.60 | 0.30 | 0.17 | 60 |
Kambing –cair | 1.50 | 0.13 | 1.80 | 85 |
Domba –padat | 0.75 | 0.50 | 0.45 | 60 |
Domba –cair | 1.35 | 0.05 | 2.10 | 85 |
Babi – padat | 0.95 | 0.35 | 0.40 | 80 |
Babi –cair | 0.40 | 0.10 | 0.45 | 87 |
Ayam –padat dan cair | 1.00 | 0.80 | 0.40 | 55 |
Sumber : Lingga, 1991
Nutrisi organik dari hasil fermentasi sudah seimbang dalam jumlah dan
komposisi unsur-unsur yang dikandung nutrisi tersebut Harahap (2003).
Pada Pupuk buatan yang mengandung satu nutrisi saja bertolak belakang
dengan pupuk organik yang beragam dan seimbang(Hsieh S.C dan C.F.
Hsieh.(1987)
Nutrisi alami belum banyak dimanfaatkan atau digunakan oleh
masyarakat secara luas, sedangkan untuk pupuk telah lama digunakan
petani. Pupuk atau nutrisi ini berasal dari kotoran hewan, seperti ayam,
kambing, kerbau, kuda, babi, dan sapi. Kotoran tersebut dapat berupa
padat dan cair (urine ternak) dengan kandungan zat hara yang berlainan.
Pupuk kandang cair jarang digunakan, padahal kandungan haranya lebih
banyak. Hal ini disebabkan untuk menampung urine ternak lebih susah
repot dan secara estetika kurang baik – bau (Phrimantoro, 1995).
Fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun
anaerob yang mampu mengubah atau mentranspormasikan senyawa kimia ke
subtrat organik (Rahman,1989). Selanjutnya Winarno (1990) mengemukan
bahwa fermentasi dapat terjadi karena ada aktivitas mikroorganisme
penyebab fermentasi pada subtrat organik yang sesuai, proses ini dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan tersebut.
Joo. Y.H (1990). Melaporkan bahwa teknologi fermentasi anaerob untuk
skala petani telah banyak dikembangkan, dimana hasilnya pupuk kandang
dikonversikan tidak hanya dalam bentuk pupuk organik cair yang bagus
tetapi juga dalam bentuk biogas yang berenergi tinggi.
Prinsip dari fermentasi anaerob ini adalah bahan limbah organik
dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu
yaitu fermentasi anaerob. Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk
fermentasi anaerob telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada
dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang
mengkonversi sellulola menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal
dan bakteri obligate yang respon dalam proses dekomposisi akhir dari
bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif
energi pedesaaan.( Joo, 1990).
III. PEMBAHASAN
Kebutuhan akan bahan pangan terus juga meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk. Dengan kemajuan teknologi beberapa produksi
pertanian masih dapat ditingkatkan melalui upaya intensifikasi
pertanian. Upaya intensifikasi ini juga akhir-akhir mengalami hambatan
seperti semakin kecilnya subsidi pemerintah terhadap sarana produksi
pertanian ( pupuk, pestisida dll).
Dengan adanya krisis ekonomi yang dialami oleh negara kita sampai
sekarang, dampak ini juga dirasakan oleh para petani. Dimana daya beli
masyarakat tani menjadi berkurang dan ditambahkan lagi harga pupuk dan
sarana produksi lain yang semakin tinggi. Masalah ini menyebabkan petani
tidak banyak menerapkan budidaya yang baik untuk meningkatkan
produksinya.
Masalah lain dari pupuk buatan yang digunakan selama ini adalah
menyebabkan rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk buatan yang
terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman menjadi tidak sempurna.
Hal ini juga akan memberi dampak terhadap produksi tanaman yang
diusahakan pada tanah yang biasa diberikan pupuk buatan. Begitu juga
dari efek sarana produksi terhadap lingkungan telah banyak dirasakan
oleh masyarakat petani, penggunaan pupuk buatan yang terus menerus
menyebabkan ketergantungan dan lahan mereka menjadi lebih sukar untuk
diolah.
Sistem budidaya secara organik kini telah menampakan hasil yang cukup
signifikan pada tingkat peneliti tetapi ditingkat petani masih terbatas
yang menerapkannya. Begitu juga penerapan budidaya secara hidroponik.
Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman tampa menggunakan media tanah
sebagai media tumbuhnya. Sistem hidroponikpun mempunyai kelemahan dalam
pembiayaan awal dan operasinya. Sehingga hidroponikpun kurang berkembang
di masyarakat tani. Menurut hasil laporan Trubus (2002) sistem
hidroponik sangat mahal, terutama untuk pemberian nutrisi tanamanannya
(70 % biaya produksi digunakan untuk hal ini.) . Dilain pihak produksi
yang rendah disebabkan beberapa hal, yaitu banyak petani yang belum
menerapkan cara budidaya yang baik, seperti penggunaan pupuk yang kurang
berimbang, perawatan yang kurang intensif dan salah perhitungan waktu
tanam.
Tetapi sekarang dengan telah berkembangnya teknologi fermentasi
masalah nutrisi pada sistem budidaya hidroponik telah memberikan harapan
baru. Apalagi bahan baku yang digunakan untuk membuat nutrisi juga
merupakan limbah dari peternakan, yang selama ini juga sebagai bahan
buangan.
Produk utama yang dapat dimanfaatkan dari peternakan ruminansia besar
dan ruminansia kecil antara lain daging, susu dan kulit yang telah
terbukti mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Hasil sampingannya berupa
kotoran feces yang dimanfaat sebagai pupuk organik berupa kompos juga
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, maka saat ini urine juga ternyata
mulai menjadi komoditi berharga jika dapat dimanfaatkan dengan baik.
Oleh karena itu sebagai salah satu potensi dalam bidang peternakan,
maka perlu melihat peluang-peluang dari produk-produk peternakan yang
dapat dimanfaatkan. Salah satu peluang, yang dapat dimanfaatkan yaitu
kotoron dan limbah urine sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair
organik. Saat ini penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan
dengan berkembangnya pertanian organik. Dengan sentuhan inovasi
teknologi, limbah urine diproses (difermentasi) menjadi pupuk cair
dengan kandungan hara tinggi berbahan limbah urine (biourine) sebagai
nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu pendapatan bagi setiap
peternak.
Pemanfaatan limbah urine sebagai salah satu pupuk organik memberikan
hasil yang cukup menjanjikan, sehingga peternak sudah bisa memperoleh
hasil sebelum ternak itu dijual. Harga urine yang sudah diolah dan
menjadi pupuk cair, berkisar antara Rp 7.000 – Rp 8.000/liter.
Pemanfaatan urine ini sangat berpotensi, sehingga perlu memberdayakan
peternak agar semua produk dari ternak bisa dimanfaatkan untuk
mendatangkan keuntungan secara ekonomis, meski awalnya perlu ada
pendampingan terhadap peternak, terutama soal teknik atau cara menampung
urine hingga proses pembuatan menjadi pupuk cair.
urine sapi (air kencing sapi) sangat bermanfaat sekali bagi petani karena urine sapi mengandung berbagai unsur hara
sehingga dapat digunakan sebagai pupuk cair. Sebelum digunakan sebagai
pupuk pertanian urine sapi ini sebaiknya di fermentasi terlebih
dahulu.Salah satu cara memfermentasi urine sapi salah tersebut adalah:
A. Bahan Pupuk cair
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair sangatlah sederhana dan mudah di dapat. Bahan-bahan tersebut antara lain adalah:
- Urine sapi 20 liter
- Gula merah 1 kg atau tetes tebu 1 liter
- Segala jenis empon-empon(Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali) masing-masing ½ kg
- Air rendaman kedelai 1 gelas atau Urea 1 sendok makan
- Lebih bagus jika dicampur dengan bakteri dekomposer (EM4, Simba, Mbio dll)
B. Cara Pembuatan
- Urine sapi di tampung dan dimasukan ke dalam drum plastik
- Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, ditumbuk sampai halus kemudian dimasukkan ke dalam drum plastik, maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama.
- Setelah itu tetes tebu dimasukkan kedalam drum plastik, lalu dimasukkan starter dan air rendaman kedelai. Tetes tebu, air rendaman kedelai dan starter (Sacharomyces cereviceae) ini berguna untuk fermentasi dan nantinya setelah jadi pupuk cair bisa menambah jumlah mikroba menguntungkan yang ada didalam tanah.
- Fermentasi urine didiamkan selama 14 hari dan diaduk setiap setiap hari.
- Drum plastik ditutup dengan kain serbet atau kertas.
- Setelah 14 hari pupuk cair sudah jadi kemudian disaring dan dikemas.
Setelah pembuatan pupuk cair selesai hasilnya bagus. Urine sapi
sebelum difermentasi warnanya coklat kekuning-kuningan, baunya masih
berbau urine, tetapi setelah difermentasi warnanya berubah menjadi
coklat kehitam-hitaman, dan sudah tidak berbau urine. Penulis sudah
mencobakan pada tanaman sayur dan bunga ternyata bagus. Tanaman sayuran
dan bunga yang telah diberi pupuk cair ini menjadi lebih subur, daunnya
kelihatan segar dan hijau serta ulat yang menghinggapinya hilang. Pupuk
cair ini juga dapat meningkatkan keuntungan pertanian serta memberikan
keuntungan bagi kita.
Cara penggunaan pupuk cair dari urine sapi ini yaitu dicampur dengan air dengan perbandingan 10% (1 urine:10 air)
- Untuk seed treatmen benih/biji direndam selama semalam
- Untuk bibit perendaman selama maksimal 10 menit
- Untuk pupuk cair yang diaplikasi lewat daun gunakan 1 liter urine per tangki
C. Manfaat Pupuk Cair
Pupuk organik ramah lingkungan dari limbah ternak itu bisa memutus
ketergantungan petani terhadap pupuk urea atau pupuk kimia lainnya.
Dengan demikian, para petani tak perlu repot memikirkan dan membeli
pupuk urea, cukup tanaman dipupuk dengan menggunakan pupuk organik yang
berasal dari limbah urine sapi. Pupuk organik mempunyai efek jangka
panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur kandungan
organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang
aman bagi kesehatan, sehingga pupuk organik ini dapat digunakan untuk
pupuk yang ramah lingkungan. Manfaat lain yaitu:
- Zat perangsang pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit
- Sebagai Pupuk daun organik
- Dengan dicampur pestisida organik bisa membuka daun yang keriting akibat serangan thrip.
IV. KESIMPULAN
Dari data pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
- Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk cair karena banyak mengandung unsur hara seperti Nitrogen yang dapat menyuburkan tanah.
- Kunci dalam pembuatan pupuk cair ini adalah adanya fermentasi dari mikrobia yang sengaja ditambahkan.
- Urine sapi sebelum difermentasi warnanya coklat kekuning-kuningan, baunya masih berbau urine, tetapi setelah difermentasi warnanya berubah menjadi coklat kehitam-hitaman, dan sudah tidak berbau urine
- Manfaat pupuk cair adalah dapat memperbaiki struktur kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi kesehatan, sehingga pupuk organik ini dapat digunakan untuk pupuk yang ramah lingkungan. Manfaat lain yaitu:
- Zat perangsang pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit
- Sebagai Pupuk daun organik
- Dengan dicampur pestisida organik bisa membuka daun yang keriting akibat serangan thrip.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2010. Pupuk Organik Dan Urine Sapi. http://www.dewanagribisnis.org /2011/09/26/pupuk-organik-dari-urine-sapi/. Diakses pada hari Rabu, 16 November 2011.
Affandi. 2008. PEMANFAATAN URINE SAPI YANG DIFERMENTASI SEBAGAI
NUTRISI TANAMAN http://affandi21. xanga.com/644038359/
pemanfaatan-urine-sapi-yang-difermentasi-sebagai-nutrisi-tanaman/.
Diakses pada hari Rabu, 16 November 2011.
Maspary. 2011. Cara Mudah Fermentasi Urine Sapi Untuk Pupuk Organik Cair. http://www.gerbangpertanian.com/2010/04/cara-mudah-fermentasi-urine-sapi-untuk.html. Diakses pada hari Rabu, 16 November 2011. Diakses pada hari Rabu, 16 November 2011.
PustakaIndonesia. 2011. Membuat Pupuk Dari Urine Sapi. http://hasil-indonesia.blogspot.com/2011/01/membuat-pupuk-dari-urine-sapi.html.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar