BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1.Jenis-Jenis Keterampilan Berbahasa
.
Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam hal ini
dibagi menjadi empat segi, yaitu : (1) keterampilan menyimak (listening
skills), (2) keterampilan berbicara (speaking skills), (3) keterampilan
membaca (reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writing skills).
Setiap
keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan
lainnya. Dalam keterampilan berbahasa, pada dasarnya kita mengamati
prosesnya melalui suatu hubungan urutan yang terakhir mula-mula pada
masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu
kita membaca dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut di atas
pada dasarnya merupakan satu kesatuan dari catur tunggal.
Setiap
keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses berpikir yang
mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin
terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan
pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan
praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti
melatih keterampilan berpikir. Untuk mendapat keterampilan yang lebih
jelas, maka berikut ini dibahas sepintas kilas hubungan antara keempat
keterampilan itu. Namun begitu, terkait dengan topik TPK, maka dibatasi
pembahasannya lebih lanjut , hanya pada hubungan antara menyimak dan berbicara.
1.1 Hakikat Menyimak.
Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan menyimak. Ketiga kata ini, tentu
mempunyai makna yang berbeda . Secara sekilas pintas, mendengar adalah
proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa sengaja atau
secara kebetulan saja. Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima
bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja tetapi belum ada unsur
pemahaman. Sedangkan menyimak adalah suatu proses
kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan
(HG.Tarigan : 28).
Penyimak
yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari
perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa orang yang bersangkutan
menyimak.Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak.
Namun
begitu, sebelum tujuan itu dibicarakan maka penulis berusaha membahas
pengertian menyimak oleh beberapa ahli. Definisi menurut pakar antara
lain : Anderson (1972) dalam Guntur Tarigan (1986: 19) menjelaskan bahwa
menyimak adalah sebagai prose besar mendengarkan, mengenal, serta
menginterpretasikan lambang-lambang lisan (Anderson, 1972: 69). Russell
& Russell, 1959, Anderson, 1972 dalam Guntur Tarigan (1986: 19).
Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian
serta apresiasi (Russell & Russell,1959; Anderson, 1972 : 69).
Menurut
Djago Tarigan (1985: 19) mengatakan bahwa menyimak dapat dikatakan
mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai usaha pemahaman. Pada
peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan adan disertai
dengan penuh perhatian dan minat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (WJS Poewarminta 1982: 847), menyimak adalah mendengarkan (
mempertahankan apa yang diucapkan orang). Menyimak adalah latihan
mendengarkan baik-baik.
Mencermati
urai tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu
proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi nonbahasa maupun bunyi
bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta
interpretasi, dengan menggunakan aktivtas telinga dalam menangkap pesan
yang diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang
disampaikan bunyi tersebut.
1.2 Tujuan Menyimak
Pertanyaan
yang mengganjal adalah kapan atau bilamana menyimak itu terjadi? Lalu
apa tujuan menyimak? Jawabannya, adalah pada saat ada pembicara atau
bunyi lain yang sedang menyampaikan pesan, baik dengan bunyi bahasa
maupun bunyi nonbahasa, pendengar harus mendengarkan dan memahami pesan
atau bunyi bahasa tersebut. Apa yang disimak? Ya, bunyi. Bunyi yang
dapat dipahami seperti lisan dari alat ucap manusia atau bunyi dari
benda lain seperti sirine mobil pemadam kebakaran, mobil polisi, mobil
ambulans, dan lain-lain yang disebut bunyi nonbahasa.
Karena
menyimak hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan,
maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,
memahami, atau menghayati pesan ide, gagasan tersirat dalam bahan
simakan.Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecahkan menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam
tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan.
Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut
ini yaitu menyimak untuk tujuan : (1) mendapatkan fakta; (2)
menganalisis fakta; (3) mengevaluasi fakta; (4) mendapatkan inspirasi;
dan (5) menghibur diri.
1.3 Jenis Menyimak
Jenis menyimak menurut H.G.Tarigan :
(1) Menyimak
ekstensif, digunakan untuk memperkenalkan kembali bahan yang telah
pernah dipelajari dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru.
Sriyono dalam artikelnya (2008) menjelaskan bahwa
menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti menyimak radio, televisi, percakapan orang di
pasar, pengumuman, dan sebagainya
(2) Menyimak
intensif, lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secara lebih bebas dan
lebih umum serta tidak perlu di bawah bimbingan langsung para guru.
Menurut Suryono (2009) menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang
harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk
menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni (a)
menyimak intensif adalah menyimak pemahaman; (b) menyimak intensif
memerlukan konsentrasi tinggi; (c) menyimak intensif ialah menyimak
dalam arti memahami bahasa formal; (d) menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan.
(3) Menyimak
sosial, (a) menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian
percakapan atau konvensi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu
maksud; (b) mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan
menyimak dalam proses komunikasi tersebut (Tarigan 1985: 27).
(4) Menyimak
kritis, sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat
kurangnya keaslian atau pun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian
yang diamati.
(5) Menyimak kreatif, berhubungan dengan kegiatan imajinatif yang menyenangkan.
(6) Menyimak konsentratif, sering disebut juga menyimak untuk menelaah sesuatu.
(7) Menyimak penyelelidikan, adalah menyimak intensif dengan maksud tujuan yang agak lebih sempit.
(8) Menyimak
integratif, adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si
penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan .
(9) Menyimak
pasif, adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya
memadai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan teliti, belajar
tergesa-gesa, emnghafal di luar kepala, berlatih, serta menguasai suatu
bahasa.
.1.4 Ciri-ciri Penyimak yang Baik
Penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki tiga sikap berikut ini (Suyono dan Kamijan, 2002: 17):
(1) Bersikap
objektif terhadap bahan simakan. Penyimak sebaiknya tidak mudah
terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pembicara,
ruang, sarana dan prasarana.
(2) Bersifat kooperatif, penyimak harus berusaha untuk bekerja sama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi.
(3) Bahan simakan harus komunikatif, berupa konsep, gagasan, dan informasi yang jelas.
. 1.5 Hambatan dalam Menyimak
Hambatan dan kendala dalam menyimak banyak dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasan jelek. Seperti
menyimak lompat tiga, maksudnya perhatian penyimak melompat-lompat
karena kecepatan berpikir menyimak kurang lebih 400 kata per menit
sedangkan kecepatan berbicara hanya kurang lebih 200 kata per menit.
Selain itu, menyimak daku dapat fakta, maksudnya penyimak berusaha
menangkap satu dua fakta dan kehilangan fakta lainnya, sehingga penyimak
tidak dapat bernalar dengan baik.
Hambatan juga terjadi karena sering mengungkapkan penolakan secara
gegabah terhadap sesuatu objek sebagian tidak menarik perhatian,
menyimak dengan pensil dan kertas di tangan, menyimak
penjelasan-penjelasan yang sulit dicerna, melakukan kegiatan perhatian
dengan berpura-pura.
Kendala
lain adalah faktor psikologi, selalu berprasangka dan kurang simpati
terhadap pembicara, kegosentrian serta masalah-masalah pribadi, kurang
luasd pandangan.Juga yang tak kalah pentingnya adalah faktor motivasi,
ini berkaitan dengan pribadi seseorang.
1.6 Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan
menyimak seperti berikut ini: (1) bersikaplah secara positif; (2)
bertindak responsif; (3) cegahlah gangguan-gangguan; (4) simaklah dan
ungkaplah maksud pembicara; (5) carilah tanda-tanda yang akan datang;
(6) carilah rangkuman pembicaraan terlebih dahulu; (7) nilailah
bahan-bahan penunjang; dan (8) carilah petunjuk-petunjuk nonverbal.
1.7. Teknik Pembelajaran Menyimak
Untuk
meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar
pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam
prose belajar mengajar. Teknik-teknik itu, antara lain sebagai berikut:
(1) Simak
Ulang-Ucap, teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa
dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat
mengucapkan atau menutur rekaman bunyi bahasa tertentu seperti vonem,
kata, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang
tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual,
kelompok, dan klasikal.
(2) Identifikasi
kata kunci, sasarannya untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu
mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa
kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertian kalimat.
(3) Parafrase,
guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan. Setelah
menyimak siswa diharapkan dapat menceritakan kembali isi puisi tadi
dengan kata-katanya sendiri.
(4) Merangkum,
guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu
disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah
selesai menyimak, siswa disuruh membuat rangkuman.
(5) Identifikasi
kalimat topik, setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua
unsur, yaitu (1) kalimat topik dan (b) kalimat pengembang. Posisi
kalimat topik dapat di awal, tengah, dan akhir. Setelah menyimak
paragraf siswa disuruh mencari kalimat topiknya.
(6) Menjawab pertanyaan, untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.
(7) Bisik
berantai, suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru
membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa
berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa yang terakhir harus
mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang
dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan
dapat diulang, dan jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik
yang lain.
(8) Menyelesaikan
cerita, guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa
menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan
kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan
cerita siswa tadi dan menggantikan dengan cerita itu berakhir seperti
yang disimaknya.
1.8 Model pembelajaran menyimak di SMP
Berdasarkan
kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menurut Kurikulum 2004
untuk SMP, materi pembelajaran keterampilan menyimak adalah sebagai
berikut:
(1) menyimak berita; (2) menyimak wawancara; (3) menyimak laporan perjalanan; (4) menyimak pidato; dan (5) menyimak dialog.
Terkait dengan topik, maka yang duraikan secara mendetail di sini adalah menyimak pidato. Menyimak pidato adalah kegiatan
untuk mendapatkan informasi dan juga menambah wawasan. Dengan
bertambahnya pengetahuan dan wawasan seseorang akan lebih mampu berpikir
dan bertindak.
Materi
pidato dapat diambil secara langsung maupun melalui rekaman kaset atau
video.Supaya simakan menarik perhatian siswa, sebaiknya materi memiliki
persyaratan antara lain: (a) menarik, (b) aktual, (c) bahasanya
komunikatif. Setelah siswa menyimak, tugas siswa selanjutnya adalah: (1)
menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru; (2) menemukan
hal-hal yang penting dalam pidato; dan (3) menyimpulkan isi pidato.
Penilaian menyimak pidato ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan
siswa memahami pidato lewat aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
2.2 Keterampilan Pidato
2.2.1 Pengertian Pidato
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato diartikan sebagai (1) pengungkapan
pokiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang lain atau
(2) wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Dalam
berpidato, seseorang dapat menggunakan alat-alat bantu
berupa gambar dan lembar peragaan lainnya. Tetapi alat utama yang
menimbulkan hubungan pidato dengan pendengar adalah berbicara.
Kemampuan
berbicara atau berpidato, menurut Tarigan (1997: 7.3)adalah berbicara
di hadapan orang banyak (di depan umum) dalam rangka menyampaikan suatu
masalah untuk mencapai suatu tujuan tertentu, misalnya untuk
bermusyawarah, memberikan rujukan, dan sebagainya.
2.2.2 Persiapan pidato
Untuk mempersiapkan pidato yang baik, perlu diperhatikan tujuh langkah berikut ini:
(a) merumuskan tujuan pidato;
(b) menganalisis pendengar dan situasi;
(c) memilih dan menyempitkan topik;
(d) mengumpulkan bahan;
(e) membuat kerangka (outline);
(f) menguraikan isi pidato secara terperinci; dan
(g) berlatih dengan suara nyaring.
2.2.3 Jenis-Jenis Pidato
Berdasarkan tujuannya, pidato dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu
(1) Pidato Informasi, pidato yang dilakukan dengan tujuan menginformasikan, memberitahukan, atau menjelaskan sesuatu.
(2) Pidato Persuasi, adalah pidato bertujuan meyakinkan pendengar tentang sesuatu.
(3) Pidato Aksi, adalah pidato bertujuan menggerakkan dengan sasaran mempersamakan visi (Tarigan, 1997: 22-23).
2.2.4 Metode Pidato
Berdasarkan
cara penyampaiannya terdapat empat metode pidato, yaitu (1) metode
impromtu, (2) metode menghafal, (3) metode naskah, dan (4) metode
ekspektoran. Di dalam buku komposisi, Gorys Keraf (1997: 182-183),
menjelaskan macam-macam metode pidato sebagai berikut :
(1) Metode
Impromtu, adalah metode pidato berdasarkan kebutuhan sesaat, tidak ada
persiapan. Orang yang berpidato secara serta-merta atau berpidato
berdasarkan pengetahuan dan kemahirannya;
(2) Metode
menghafal, adalah metode pidato yang terlebih dahulu ditulis naskahnya
dengan mengikuti aturan-aturan penulisan naskah pidato, setelah itu
naskah pidato tersebut dihafalkan kata demi kata;
(3) Metode
naskah, adalah metode pidato yang dilakukan dengan cara membaca naskah
yang telah dipersiapkan. Cara atau metode ini biasanya dilakukan dalam
pidato-pidato resmi; dan
(4) Metode
Ekspektoran, adalah metode pidato yang dilakukan dengan cara
menggunakan catatan-catatan kecil yang isinya berupa catatan-catatan
penting sejenis kerangka sebagai pedoman.
2.2.5 Pola Organisasi Pidato
Pola organisasi pidato dapat digolongkan ke dalam tiga tipe besar yaitu:
(a) Pola Urutan, yaitu
pola urutan kronologis dan pola urutan ruang. Urutan kronologis adalah
susunan isi yang dimulai dari periode atau data tertentu, begerak maju
atau mundur secara sistematis. Sedangkan urutan ruang adalah susunan isi
yang berurutan berdasarkan kedekatan fisik satu dengan yang lainnya.
(b) Pola
Sebab, sebagaimana terlihat dari namanya, organisasi pidato yang
menggunakan pola sebab bergerak sebagai berikut: (1) dari suatu analisis
sebab di saat ini bergerak ke arah analisis akibat di masa yang akan
datang, atau (2) dari diskripsi kondisi di saat ini bergerak ke analisis sebab-sebab yang memunculkannya.
(c) Pola
Topik, organisasi pidato yang menggunakan pola topik dilakukan apabila
materi yang dibicara lebih dari satu periode atau kelompok. Oleh karena
itu, di dalam isi pidato akan terdapat beberap subtopik.
2.2.6 Tahap-tahap Menyusun Naskah Pidato
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam menyusun naskah pidato.
(1) Memilih subjek dan membatasi tujuan umum pidato.
(2) Membtasi subjek untuk mencocokkan waktu yang tersedia, menjaga kesatuan dan kepaduan pidato.
(3) Menyusun
ide pokok menurut tahap-tahap urutan alur dasar pidato (perhatian,
kebutuhan, kepuasan, dll) atau menurut salah satu pola organisasi
(misalnya urutan kronologis, urutan ruang,dll.).
(4) Memasukkan dan menyusun submateri yang berhubungan di setiap ide pokok.
(5) Mengisi materi pendukung yang memperkuat atau membuktikan ide; dan
(6) Memeriksa draft kasar, untuk meyakinkan bahwa subjek telah cukup terekam dan mencerminkan tujuan khusus pidato.
2.3 Hubungan antara Menyimak dengan aketerampilan Berbicara
Menyimak
dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung
merupakan komunikasi tatap muka atau face to face cominication. (Brooks,
1964: 134). Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat
ternyata dari hal-hal berikut ini:
(1) Ujaran
(speech), dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi), oleh karena
itu, model atau contoh yang disimak serta direkam oleh anak sangat
penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.
(2) Kata-kata
yang akan dipakai serta kita plejari biasanya ditentukan oleh pengarang
(stimuli) yang ditemui, misalnya : kehidupan desa, kota dan kata-kata
yang paling banyak memberikan bantuan atau pelayanan dalam penyampaian
gagasan-gagasannya.
(3) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
(4) Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata., dan
Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar