SELAMAT DATANG DI BLOG ANJAR SETIO PURNOMO, S.Pd.

Senin, 04 Juni 2012

Akuntansi Piutang

  1. PENGERTIAN PIUTANG
    Piutang merupakan klaim (hak untuk mendapatkan) uang dari entitas lain. Piutang juga disebut tagihan atau receivable. Menurut bukti pendukungnya piutang dapat dikelompokkan menjadi:
    1. Piutang Wesel/Notes Receivable atau Wesel Tagih, yaitu tagihan yang didukung oleh instrument kredit resmi seperti Promes. Promes adalah janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat.
    2. Piutang Usaha Biasa yaitu tagihan yang didukung oleh bukti usaha biasa biasa seperti faktur atau bukti bahwa perusahaan telah menjual barang/jasa ke fihak yang berhutang (debitur).

 
  1. PIUTANG WESEL
    Piutang Wesel adalah piutang yang didukung instrument kredit resmi seperti promes. Promes adalah janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu tanpa syarat. Contoh adalah:

     

     
  2. AKUNTANSI WESEL TAGIH/PIUTANG WESEL
    Akuntansi untuk wesel dapat dibagi menjadi akuntansi pada saat timbulnya, saat jatuh tempo atau saat piutang ini dijual.
    1. Akuntansi saat timbulnya piutang wesel
      Wesel dapat timbul karena menjual barang secara kredit atau bias juga timbul karena perusahaan memberi pinjaman.
      1. Menjual barang/jasa secara kredit. Misalkan perusahaan menjual jasa secara kredit dan perusahaan menerima promes senilai Rp 1.000.000,00 maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 2 

 
Piutang Wesel
Penjualan 

 
1.000.000 

 

 
1.000.000 
  1. Terdapat piutang yang sudah jatuh tempo. Misalkan perusahaan pada tanggal 2 Januari 2006 menjual jasa secara kredit dan jatuh tempo 2 Februari 2006. Pada tanggal 2 Januari 2006 perusahaan menerima promes senilai Rp 1.000.000,00 bunga 12% jatuh tempo 2 Mei 2006 sebagai pelunasan tagihan tersebut, maka jurnal yang yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 2 

 
Piutang Wesel
Piutang 

 
1.000.000 

 

 
1.000.000 
  1. Akuntansi pada saat jatuh tempo. Mestinya pada tanggal jatuh tempo perusahaan akan menerima uang sebesar nilai nominal wesel dan bunganya. Tapi kadangkala debitur tidak sanggup membayar.
    1) Pada saat jatuh tempo debitur membayar, maka jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Mei 2 

 
Kas
Piutang Wesel
Pendapatan Bunga 

 
1.030.000 

 

 
1.000.000
30.000 
2) Pada saat jatuh tempo debitur tidak membayar, jurnal yang dibuat adalah:
Tgl.
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Mei 2 

 
Piutang
Piutang Wesel
Pendapatan Bunga 

 
1.030.000 

 

 
1.000.000
30.000 

 
  1. Menjual Wesel Tagih
    Sebelum jatuh temponya, suatu piutang wesel dapat dijual atau didiskontokan. Misalkan sebuah wesel sebagaimana tersaji pada angaka 2 diatas yang jatuh tempo pada tanggal 14 Juni 2006 dijual oleh PT ABC ke Bank Amanah pada tanggal 15 Mei 2001 dengan discount 10% setahun. Untuk menentukan jumlah yang diterima PT ABC, dibuat perhitungan sebagai berikut:
    Nominal piutang                            $2,500.00
    Bunga 16 Maret s.d. 14 Juni 2006=2,500 x 12% x 90/360         75.00
    Nilai pada jatuh tempo                         2,575.00
    Discount: 2,575 x 10% x 30/360                     21.46
    Jumlah yang diterima                         2,553.54
    Perhitungan hari bunga:
    Maret    = 15 hari
    April    = 30 hari
    Mei        = 31 hari
    Juni    = 14 hari
             90 hari

     
    Perhitungan hari discount:
    Mei        = 16 hari
    Juni    = 14 hari
             30 hari

     
    Untuk membuat jurnal pada tanggal penjualan perllu dibandingkan antara nilai nominal wesel dengan hasil penjualan. Jika hasil penjualan lebih besar daripada nilai nominal, maka selisihnya merupakan pendapatan bunga. Sebaliknya jika hasil penjualan lebih kecil daripada nilai nominal maka selisihnya dicatat sebagai beban bunga. Dengan demikian jurnal untuk mencatat transaksi tanggal 15 Mei 2006 adalah sebagai berikut:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Mei 2 

 
Kas
Piutang Wesel
Pendapatan Bunga 

 
2,553.54

 

 
2,500.00
53.54

 
Jika saat jatuh tempo, debitur membayar ke bank, PT ABC tidak menjurnal. Tetapi jika pada saat jatuh tempo, debitur tidak sanggup membayar dan bank menagih pada PT ABC sebesar $2,575, maka jurnal yang dibuat PT ABC adalah:

 
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Juni 14

 
Piutang
Kas

 
2,575

 

 
2,575

 
  1. PIUTANG USAHA BIASA
    1. Timbulnya piutang dan akuntansinya
      Piutang dapat timbul karena menjual barang/jasa atau karena perusahaan memberi pinjaman ke perusahaan lain. Umumnya piutang dicatat pada saat timbulnya yaitu setelah perusahaan menyerahkan baran/jasa yang dijual.
      1. Penjualan barang/jasa
        Jika perusahaan menjual jasa secara kredit, misalkan perusahaan pada tanggal 5 Januari 2006 telah menjual jasa sebesar Rp 5.000.000,00. Karena perusahaan sudah menyerahkan jasa, maka perusahaan dapat mengakui piutang dan pendapatan jasa dengan membuat jurnal sebagai berikut:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 5

 
Piutang Usaha
Pendapatan Usaha

 
5.000.000

 

 
5.000.000
  1. Pemberian Pinjaman
    Piutang juga dapat timbul karena perusahaan memberi pinjaman uang pada perusahaan lain. Misalnya pada tanggal 15 Januari 2006 PT Angkasa Pura II telah memberi pinjaman kepada pegawai sebesar Rp 500.000,00 maka jurnal yang dibuat oleh perusahaan adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2006
Jan 15

 
Piutang Pegawai
Kas

 
500.000

 

 
500.000

 
  1. Kerugian Piutang
    Piutang memiliki resiko tidak tertagih sehingga timbul kerugian. Terdapat dua metode dalam akuntansi kerugian piutang, yaitu:
    1. Metode Langsung
      Jika metode ini yang digunakan, perusahaan tidak membentuk cadangan. Jika ada piutang yang dihapus, Kerugian Piutang didebet, dan rekening Piutang dikredit. Saldo rekening Kerugian Piutang pada akhir tahun disajikan dalam Laporan Laba Rugi.
    2. Metode Cadangan/Penyisihan
      Jika metode ini yang digunakan perusahaan pertama-tama membentuk cadangan atau penyisihan kerugian piutang dengan mendebet Beban Kerugian Piutang dan mengkredit Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Pada akhir tahun, saldo rekening Beban Kerugian Piutang disajikan dalam Laporan Laba Rugi, sedangkan saldo rekening Penyisihan disajikan di neraca sebagai pengurang Piutang.
      Jika ada piutang yang dihapus, perusahaan tidak mengakui kerugian, sebab kerugian sudah diakui pada saat membentuk cadangan. Perusahaan mengurangi Cadangan dengan mendebet rekening Cadangan dan mengkredit rekening Piutang.
      Jika banyak penghapusan piutang, saldo Cadangan dapat habis, oleh karena itu setiap akhir tahun Cadangan disesuaikan. Jadi pencatatan kerugian piutang dilakukan pada saat:
  • pembentukan Cadangan; dan
  • penyesuaian saldo Cadangan.
Berikut ini contoh ikhtisar akuntansi kerugian piutang dengan metode Cadangan:
  1. Pada tanggal 31 Desember 2005 dibentuk cadangan kerugian piutang Rp 5.000,00
  2. Pada tanggal 19 September 2006 dihapuskan piutang sebesar Rp 3.000,00
  3. Pada tanggal 14 Desember 2006 diterima piutang yang telah dihapus Rp 2.500
Transaksi
Jurnal
Membentuk Cadangan
Beban Kerugian Piutang
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang
5.000

 
5.000
Menghapus Piutang
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang
Piutang
3.000

 
3.000
Menerima Piutang yang telah dihapus 
Piutang
Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang
2.500

 
2.500
Kas
Piutang
2.500

 
2.500
Menyesuaikan akun Cadangan
Pada akhir tahun dilakukan penyesuian berdasarkan:
  1. Penjualan b. Saldo Piutang
c. Menyesuaian saldo rekening Cadangan Kerugian Piutang
    1) Dasar Penjualan
Pertama, tentukan besarnya penjualan kredit selama setahun, jika tidak ada data gunakan total penjualan selama satu periode. Besarnya taksiran kerugaian ditentukan dengan mengalikan % kerugian dengan penjualan tersebut, lalu dijurnal. Misalkan penjualan kredit selama tahun 2005 sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan ditaksir kerugian piutang adalah 5% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 50.000.000,00. Jurnal yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

 
Beban Kerugian Piutang
Penyisihan Ker. Piutang

 
50.000.000

 

 
50.000.000
        
2) Dasar Piutang
        Terdapat tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu:
  1. Menentukan besarnya taksiran kerugian piutang;
  2. Membandingkan taksiran kerugian piutang dengan saldo rekening Cadangan/Penyisihan;
  3. Membuat jurnal jika hasil perbandingan pada poin b tidak sama.

 
Langkah pertama:
Untuk menentukan besarnya taksiran kerugian piutang dikemudian hari, dapat didasarkan pada: (1) Total piutang pada akhir tahun, atau (2) Umur masing-masing tagihan.
  1. Didasarkan pada Total Piutang
    Caranya dengan mengalikan total piutang dari rekening "Piutang" dengan % yang telah ditetapkan. Misalnya dari PT ABC diperoleh data sebagai berikut dan taksiran kerugaian piutang adalah 15% dari total piutang.
DEBITUR 
JUMLAH 
TGL FAKTUR 
TGL JATUH TEMPO 
PT A 
2.000 
20/12/2005 
20/01/2006 
PT B 
2.500 
15/10/2005 
15/11/2005 
PT ABC 
1.000 
15/11/2005 
15/12/2005 
PT X 
3.000 
3/10/2005 
3/11/2005 
PT Y 
2.500 
3/7/2005 
3/8/2005 
PT Z 
1.000 
3/8/2005 
3/9/2005 
JUMLAH 
12.000 
  
    Taksiran kerugian piutang = 15% x Rp 12.000,00 = Rp 1.800,00.
  1. Didasarkan pada Umur Piutang
    Caranya hampir sama, namun saldo rekening piutang dianalisis terhadap tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo, kemudian dikelompokkan menurut umurnya. Kemudian saldo masing-masing kelompok piutang dikalikan dengan prosentase yang telah ditetapkan berdasarkan pengalaman. Cara menentukan umur piutang dapat dicari (a) dari tanggal faktur ke 31 Desember atau (b) dari tanggal jatuh tempo ke 31 Desember.
    1. Umur piutang dihitung dari tanggal jatuh tempo ke tanggal 31 Desember
      Karena ada kemungkinan terdapat piutang yang belum jatuh tempo maka biasanya pengelompokannya meliputi piutang yang belum jatuh tempo dan yang sudah lewat waktu. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang 
% Taksiran Kerugian Piutang 
Belum jatuh tempo
10% 
Lewat waktu s.d. 30 hari 
15%
Lewat waktu lebih dari 30 hari
20% 

 
Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai berikut:
Nama Debitur 
Jumlah 
Belum Jatuh Tempo 
Lewat s.d 30 Hari 
Lewat Waktu > 30 Hari
PT A 
2.000 
2.000 
  
PT B 
2.500 
  
2.500 
PT ABC 
1.000 
 
1.000 
 
PT X 
3.000 
  
3.000 
PT Y 
2.500 
  
2.500 
PT Z 
1.000 
  
1.000 
Jumlah 
12.000 
2.000 
1.000 
9.000
% Penyisihan  
10%
15%
20%
Jumlah Penyisihan 
2.150
200
150
1.800
   
 
  1. Umur piutang dihitung dari tanggal faktur ke tanggal 31 Desember
    Karena umur piutang dihitung dari tanggal faktur, maka biasanya pengelompokan umur piutang berdasarkan jumlah hari. Misalkan prosentase kerugian ditaksir sebagai berikut:
Umur Piutang 
% Taksiran Kerugian Piutang 
s.d. 30 hari
10% 
31 s.d. 60 hari
15% 
lebih dari 60 hari
20% 

 
Untuk mempermudah menentukan besarnya taksiran kerugian dibuat daftar umur piutang sebagai berikut:
Nama Debitur 
Jumlah 
s.d. 30 hari
31 s.d. 60 hari
Lebih dari 60 hari
PT A 
2.000 
2.000 
  
PT B 
2.500
  
2.500 
PT ABC 
1.000 
 
1.000 
 
PT X 
3.000 
  
3.000 
PT Y 
2.500 
  
2.500
PT Z 
1.000 
  
1.000 
Jumlah 
12.000 
2.000 
1.000 
9.000
% Penyisihan  
10%
15%
20%
Jumlah Penyisihan 
2.150
200
150
1.800

 
Langkah kedua:
Membandingkan antara jumlah taksiran kerugian piutang yang telah dihitung dengan saldo rekening Cadangan/Penyisihan Kerugian Piutang. Dari perbandingan ini akan ada 4 kemungkinan, yaitu:
  1. Rekening Cadangan bersaldo Kredit yang sama dengan taksiran kerugian piutang hasil perhitungan, tidak ada penyesuaian.
  2. Rekening Cadangan bersaldo Kredit lebih kecil dari taksiran kerugian piutang hasi perhitungan, perlu ditambah dengan membuat jurnal penyesuaian.
  3. Rekening Cadangan bersaldo Kredit lebih besar dari taksiran kerugian piutang hasil perhitungan, perlu dikurangi dengan membuat jurnal penyesuaian.
  4. Jika Cadangan bersaldo debet, berarti Cadangan yang dihitung tahun lalu kurang, sehingga rekening Cadangan harus dikredit sejumlah saldo debet ditambah dengan jumlah taksiran kerugian piutang hasil perhitungan.

 
Langkah ketiga:
     Kasus I
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 2.150,00, maka tidak perlu ayat jurnal penyesuaian.

 
Kasus II
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 2.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

 
Beban Kerugian Piutang
Penyisihan Ker. Piutang

 
150

 

 
150
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
   
Des 31 
 
2.000 
   
31 
AJP 
150 

 
Beban Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Des 31 
AJP 
150 
   
      

 
Kasus III
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan kredit Rp 3.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

 
Penyisihan Ker. Piutang
Beban Kerugian Piutang 

 
850

 

 
850
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
31 
AJP 
850 
Des 31 
 
3.000 
      

 
Beban Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
   
Des 31 
AJP 
850 
      

 
Kasus IV
Misalkan dalam langkah kedua telah dihasilkan bahwa taksiran kerugian piutang adalah Rp 2.150,00 dan saldo rekening Cadangan debet Rp 1.000,00, maka tidak ayat jurnal penyesuaian yang dibuat adalah:
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31

 
Beban Kerugian Piutang
Penyisihan Ker. Piutang

 
3.150

 

 
3.150
Jika jurnal ini diposting ke Buku Besar maka rekening Cadangan akan tampak sebagai berikut:

 
Penyisihan/Cadangan Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Des 31 
 
1.000 
Des 31 
AJP 
3.150 
      

 

 

 
Beban Kerugian Piutang
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Tgl 
Uraian 
Jumlah 
Des 31 
AJP 
3.150 
   
      

 
  1. Penyajian di Neraca
    Piutang di sajikan di neraca sebesar nilai realisasinya. Nilai ini adalah jumlah yang akan diterima berupa nilai nominal dikurangi denan taksiran kerugian piutang yang telah dibentuk dan disesuaikan setiap akhir tahun. Dengan demikian jumlah tersebut merupakan jumlah yang diharapkan dapat ditagih.
    Dengan data di atas, Neaca PT ABC akan tampak sebagai berikut:

     
    PT ABC
    Neraca
    31 Desember 2005

     


Harta Lancar:
Kas                                    xx
Piutang                    Rp 12.000,00
Penyisihan Kerugian Piutang        (Rp 2.150,00)        Rp 9.850,00



 
Kadangkala perusahaan memberikan potongan tunai dan kesempatan untuk mengembalikan barang (retur penjualan). Jika perusahaan telah menjual barang dengan syarat di atas, maka ada kemungkinan pembeli akan membayar dalam masa diskon atau bahkan pembeli dapat saja mengembalikan barang ke perusahaan. Agar perusahaan dapat menyajikan nilai piutang sebesar nilai realissi, maka pada akhir tahun perusahaan membuat jurnal untuk mengakui retur dan pemberian potongan penjualan walaupun belum terjadi retur dan pemberian potongan tunai penjualan. Jurnal itu juga dmaksudkan untuk mengurangi nilai piutang sehingga nilai yang disajikan adalah sebesar nilai yang dapat direalisir. Misalkan pada akhir tahun 2005 diperkirakan bahwa debitur akan membayar dengan diskon Rp 20,00 dan melakukan retur Rp 100,00, maka perusahaan pada tanggal 31 Desember 2005 akan membuat jurnal:
    
Tgl. 
Akun
Debet 
Kredit 
2005
Des 31 

 
Potongan Tunai Penjualan
Cadangan Pot. Tunai Penjualan

 
20

 

 
20
Retur Penjualan
Cadangan Retur Penjualan
100

 
100

 
PT ABC
Neraca
31 Desember 2005

 


Harta Lancar:
Kas                                    xx
Piutang                        Rp 12.000,00
Cadangan Pot Tunai & Retur    Rp 120,00
Penyisihan Kerugian Piutang    Rp 2.150,00    (Rp 2.270,00)     Rp 9.730

Tidak ada komentar:

Posting Komentar