SELAMAT DATANG DI BLOG ANJAR SETIO PURNOMO, S.Pd.

Sabtu, 09 Juni 2012

Model Pembelajaran Kreatif dari Treffinger


Model Pembelajaran Kreatif dari Treffinger
Dalam pembelajaran kretaif, terdapat teknik-teknik tertentu yang
penggunaanya harus disesuaikan dengan fungsi dan tahap pembelajaran. Metode dan teknik kreatif berikut mengacu kepada model pembelajaran kreatif dari Treffinger (1980) . Model pembelajaran kreatif oleh Treffinger dikelompokkan menjadi tiga tingkat. Tingkat pertama, adalah pengembangan fungsi pemikiran divergen; tingkat kedua, adalah pengembangan proses pemikiran dan perasaan yang majemuhk; Tingkat ketiga, adalah keterlibatan dalam tantangan nyata. Uraian dari masing tingkatan-tingkatan tesebut disajikan sebagai berikut :
a. Teknik-teknik kreatif tingkat pertama
Teknik pembelajaran kreatif tingkat pertama yang menekankan
pada fungsi-fungsi divergen ini antara lain menggunakan teknik
pemanasaan, pemikiran dan perasaan terbuka, sumbang saran dan
penangguhan kritik, daftar penulisan gagasan, penyusunan sifat, dan hubungan yang dipaksakan.
Metode pembelajaran kreatif tingkat pertama
ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai berikut:
1) Pengahiran terbuka (oopen endedess).kegiatan-kegiatan pada tingkat ini menghendaki ditemukanya sejumlah kemungkinan jawaban.
Bukan dikemukakanya sebuah jawaban yang benar.
2) Penerimaan banyak gagasan dan jawaban yang berbeda. Konsekuensi dari bervariasinya jawaban yang diinginkan adalah ditemukanya jawaban-jawaban yang bervariasi, yang kadang-kadang ada yang tidak lazim, aneh, atau luar biasa. Terhadap yang demikian itu kita harus membina dan menghargai, sebagimana kita menghargai gagsan yang wajar.
3) Gagasan-gagasan tingkat satu meminta kita untuk menerima
pandangan yang baru dan melihat melebihi pemikiran biasa atau
pikiran yang terikat dengan kebiasaan kita.
4) Guru mencoba bertindak sebagai kamera yang menangkap sebanyak
mungkin dalam setiap situasi.
Beberapa teknik kreatif tingkat pertama seperti disebutkan diatas
diuraikan sebagai berikut:
1) Pemanasan
Teknik pemanasan ini pada intinya merupakan kegiatan
prabelajar yang digunakan pada tahap awal pelajaran. Tahap
pemanasan ini mengupayakan adanya kondisi pelepasan pikiran
pebelajar dengan cara pembebasan diri dari peraturan-peraturan dan hukum-hukum berpikir yang berlaku. Pembelajar dikondisikan untuk terbebas dari kebiasan menjawab dengan tepat, dari batasan-batasan waktu, serta diarahkan untuk lebih banyak menghasilkan ide.
Dengan kegiatan pemanasan tersebut diharapkan pembelajar
sudah masuk pada suasana pemikiran yang siap untuk menelaah hal
dan masalah baru yang kan dipelajari pada tahapan pembelajaran
berikutnya.
2) Pemikiran dan perasaan berahir terbuka
Teknik pemikiran dan perasaan berahir ini pada intinya ingin
mengupayakan agar pembelajar terdorong memunculkan perilaku
divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan
pertayaan yang memungkinkan pembelajar mengungkapkan segala
peraaan dan pikiran sebagai jawaban.
Adapun kegiatan pemikiran dan perasaan pengakhiran terbuka (oopen-ended thoughtand feeling) dapat dicontohkan sebagai berikut :
a) Andaikata
Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pertanyaan tentang
situasi yang tidak benar atau sesuatu yang bertentangan dengan
fakta. Contoh: andaikata pemberantasan korupsi tidak bisa tuntas ditahun-tahun ini, apa yang bakal terjadi ditahun 2012 nanti?
b) Peningkatan suatu produk.
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui pengungkapn
pemikiran pengembangan atau peningkatan terhadap suatu kondisi
yang telah ada. Contoh: bagaimana cara memperbaiki cara belajar
yang biasa dilakukan sekarang.
c) Permulaan yang tidak selesai.
Pertanyaan ini dapat dikemukakan dengan menyajikan suatu
kondisi yang belum selesai atau belum sempurna, untuk dipikirkan
kemungkinan penyelesaian atau penyempurnaanya. Contoh:
penyelesaian sebuah kasus, cerita, desain, rancangan dan
sebagainya.
d) Pengguna baru dari objek-objek umum.
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu benda
atau hal untuk dipikirkan fungsi lainya dilain fungsi yang lazim.
Contoh: tali sepatu, kancing baju, kumis, dan lain sebagainya.
e) Alternatif judul.
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu
stimulasi untuk dipikirkan judulnya yang tepat. Contoh: kepada
pembelajar ditunjukkan naskah sebuah cerita, dan bisa lukisan
atau gambar-gambar tentang sesuatu.
f) Membantu siswa atau anak untuk mengajukan pertanyaan.
Kegiatan ini dilakukan mengingat pada biasanya siswa
beranggapan bahwa gurulah yang banyak mengajukan pertanyaan
dalam konteks pembelajaran. Di sini siswa diberikan kesempatan
banyak untuk memikirkan banyak pertanyaan. Melalui strategi
pemikiran dan perasan terbuka ini diharapkan pembelajar akan
terangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya, dan
menguatkan minat untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran.
3) Sumbang Saran
Teknik sumbang saran (brainstorming) yang dikemukakakan oleh
Osborn ini mengkondisikan agar pembelajar lebih bersikap terbuka,
lebih terbuka terhadap lingkungan, dan produktif dalam melahirkan
gagasan-gagasan.
Agar teknik sumbang saran ni dapat membuahkan hasil yang
lebih baik, dalam pelaksanaanya perlu memperhatikan aturan-aturan
sebagai berikut:
a) Kritik harus tepat waktu
Dalam kegiatan pemecahan masalah dengan tehnik sumbang saran
ada dua tahapan yang penting diperhatikan, yaitu tahap
pengungkapan gagasan, dan tahap penilaian dan kritik. Urutan
tahapan ini harus dilaksana akan secara disiplin, karena sering kali terjadi, begitu seseorang/siswa tertentu melontarkan gagasanya, secepat itu muncul kritik dari pihak lain. Ini tidak dibenarkan, karena kritik secara dini akan berakibat mematikan ide, atau akan menghambat spontanitas pelahiran gagasan-gagasan baru. Karena itu, kritik seharusnya dilakukan setelah acara keseluruhan pembelajar telah menyampaikan ide atau gagasan-gagasanya.
b) Kebebasan dalam memberikan gagasan
Sangat penting untuk diketahui bahwa dalam teknik sumbang
saran ini keutamaanya terletak pada kuantitas ide, terlepas dari
kualitasnya. Karena itu, pembelajar perlu diberikan kesempatan
sebanyak-banyaknya untuk mencetuskan ide-gagasanya secara
murni dan berani. Tentu akan terlahir gagasan dan ide yang
beraneka ragam, yang sifatnya ada yang wajar, ada yang tidak atau
kurang wajar atau bahkan tidak masuk akal sama sekali. Hal
seperti itu tidak dipersoalkan, sebab dalam proses akan terjadi
rangsang-merangsang, artinya, dari ide yang aneh tadi akan
tertelaah oleh pihak lain yang dalam tingkat atau saat tertentu akan mengakibatkan ide atau gagasan baru sebagai tindak lanjutnya.
c) Penekanan pada kuantitas
Hal terpenting dalam teknik ini adalah banyaknya ide-gagasan.
d) Kombinasi dan peningkatan gagasan
Berawal dari banyaknya gagasan sebagai orientasi dalam teknik
ini, ada peluang kemungkinan untuk mengkombinasi gagasangagasan
yang telah ada yang diperkirakan akan lahir gagasan yang
lebih bermutu.
e) Penekanan pada kualitas
Diantara banyaknya gagasan, diharapkan akan adanya gagasan
yang lebih berkualitas.
f) Tidak perlu mempersoalkan adanya gagasan yang sama. Hal
tersebut tidak dipersoalkan, mengingat bahwa adanya gagasan itu
akan lahir gagasan yang baru.
4) Daftar penulisan gagasan
Teknik daftar penulisan gagasan ini mengkondisikan agar
pembelajar menyalurkan kemampuanya untuk melihat hubunganhubungan
baru, memanipulasi informasi dan gagasan agar menghasilkan gagasan-gagasan baru yang orisinil. Dasar pemikiran
teknik ini ialah bahwa melalui kombinasi dari unsur yang sebelumnya tidak ada hubungan, gagasan-gagasan yang kreatif itu lahir. Karena itu, dalam teknik disiapkan daftar kata kerja dan masalahnya, kemudian pembelajar diminta untuk menuliskan gagasan-gagasan yang muncul sebagai hasil penghubungan dari kata kerja tersebut dengan masalahnya. Penyusunan kata kerja menurut Osborn sebagai berikut:
a) Mengganti (substitute): siapa dan apa yang dapat diganti (unsurunsur, bahan, atau proses).
b) Mengkombinasi(combine): mengkombinasikan tujuan-tujuan, ideide
dan sebagainya.
c) Mengubah (modify): Mengubah arti, warna, corak baru, suara, dan sebagainya.
d) Memperbesar (magnify): menambahkan apa saja seperti: waktu,
bentuk, kekeuatan, bahan, dan sebagainya.
e) Memperkecil (minify): apa saja yang dapat dikurangi seperti :
penden, lebih kecil, ringan, dan sebagainya.
f) Menyusun kembali (rearrange): komponen yang saling dapat
menggantikan seperti: pola, tata letak, urutan, dan sebagainya.
Pada dasarnya, kata kerja tersebut dapat disusun sendiri dengan
menyesuaikan dengan konteks atau masalah yang relevan.
5) Penyusunan sifat
Seperti halnya teknik yang lain, teknik penyusunan sifat ini
memiliki ciri guna tersendiri, yaitu untuk merangsang munculnya
banyak gagasan dalam memecahkan atau menganalisis satu objek.
Langkah-langkah penting dalam teknik ini adalah pertama,
mengidentifikasi sifat atau ciri suatu objek atau masalah; kedua,
meninjau satu persatu dari setiap ciri atau sifat untuk dipertimbangkan kemungkinan perubahan yang bisa terjadi; ketiga, menampung adanya berbagai gagasan dengan melakukan pencatatan; keempat, melakukan penilaian terhadap setiap gagasan dengan catatan bahwa penilaian ini baru boleh dilakukan apabila pencacatan terhadap semua gagasan telah selesai.
Terdapat beberapa bidang atau masalah yang dapat didekati
dengan teknik penyusunan sifat ini antara lain:
a) Perbandingan, misalnya: membandingkan cara belajar siswa
perkotaan dan siswa pedesaan.
b) Analisis peristiwa atau pola-pola sejarah, misalnya: dampak
reformasi terhadap mutu pendidikan.
c) Menyadari nilai dan memperjelas perasaan, misalnya:
mempelajari ciri-ciri orang jujur, bahagia, penjahat, pengecut dan sebagainya.
d) Menentukan kriteria penilaian, misalnya: ciri-ciri karya ilmiah, karangan, novel, dan sebagainya
6) Hubungan yang dipaksakan
Teknik hubungan yang dipaksakan (forcedrelationships) kini
merupakan teknik kreatif yang mencakup beberapa cara untuk melihat kemungkinan dan kombinasi baru dari objek atau gagasan, yang tidak pernah kelihatan ada jika tidak dicoba untuk dipaksakan. Ada babarapa cara yang dapat digunakan, antara lain adalah teknik mendaftar dan teknik katalog.
b. Teknik-teknik kreatif tingkat kedua
Dalam teknik-teknik kreatif tingkat kedua ini pada intinya ingin
mengupayakan agar pembelajar lebih meluaskan pemikiranya serta
melakukan peran serta dalam kegiatan-kegiatan yang lebih majemuk dan menantang. Dalam teknik ini akan lebih terasa betapa penting pola berpikir divergen untuk memecahkan masalah secara efektif.
Secara seingkat berikut ini akan menguraikan beberapa teknik
kreatif tingkat kedua, antara lain: Teknik analisis morfologis, bermain peran dan sosiodrama, serta synectics.
1) Teknis analis morfologis
Teknik analis morfologis ini merupakan gabungan teknik-teknik
kreatif tingkat pertama yang telah dikemukakan, yaitu teknik sumbang saran, teknik hubungan yang dipaksakan, dan teknik penyusunan sifat.
Teknik ini bertujuan agar pembelajar mampu mengidentifikasi ide-ide baru, dengan cara mengkaji secara cermat bentuk dan struktur
masalah. Dengan mencermati struktur dari bagian-bagian utama dari
masalah, pembelajar dapat mengembangkan berbegai alternatif atau
gagasan-gagasan dari kombinasi unsur-unsur yang baru.
2) Teknik bermain peran dan sosiodrama
Bermain peran dan sosiodrama merupakan teknik pembelajaran
untuk menghadapi proses pemikiran dan perasaan yang majemuk
secara efektif. Teknik ini mengupayakan agar pembelajar dapat
menangani konflik, stres, dan masalah yang timbul dari pengalaman
dalam kehidupanya.
3) Synectics
Oleh penemuan synectics ini W.j.j. Gordon (1980), teknik
synectics merupakan teknik mempertemukan bersama berbagai
macam unsur dengan menggunakan kiasan (metafor) untuk
memperoleh suatu pandangan yang baru. Ada dua prinsip dasar dalam
teknik ini adalah, pertama, membuat yang asing menjadi yang lazim; dan kedua,membuat yang lazim menjadi yang asing, keduanya
melalui kiasan dan analogi. Analogi disini dimaksudkan sebagai suatu pernyataan yang mengungkapkan kesamaan antara hal-hal atau
gagasan-gagasan atas dasar pembandingan.
c. Teknik kreatif tingkat ketiga
Dalam tingkat ketiga ini teknik kreatif mengupayakan keterlibatan
pembelajar dalam masalah dan tantangan nyata. Ini bermaksud agar
kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi para pembelajar untuk menghadapi masalah nyata dalam kehidupanya. Pada tahap ini pembelajar telibat langsung dalam pengajuan pertanyaan secara mandiri dan diarahkan sendiri. Adapun teknik yang digunakan dalam tingkat ketiga ini adalah teknik pemecahan masalah (PMK) secara kreatif.
PMK ini merupakan teknik yang sistematik dalam mengorganisasi
dan mengolah keterangan dan gagasan, sehingga masalah dapat dipahami dan dipecahkan secara imajinatif. Pemikiran yang logis, analitik dan divergen akan terlibat keras dalam teknik ini.
Merancang suatu desain pembelajaran yang sifatnya amat khusus
bagi anak kreatif adalah tugas yang paling kompleks dan yang paling sering diriset oleh para pakar, dan masih jauh dari pada sempurna. Namun begitu ada beberapa petunjuk yang dapat kita peroleh dalam merancang kegiatan ini.
Dengan beranjak dari pengertian bahwa anak kreatif terus menerus
memerlukan stimulasi mental untuk mencapai perkembangan unik yang
optimal, maka Renzulli ( Clark, 1986) memaparkan tujuh langkah kunci dalam merancang suatu desain pembelajaran, yaitu mencakup :
1) Seleksi dan latihan guru;
2) Pengembangan kurikulum berdiferensiasi dalam berbagai bidang
untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademis dan seni;
3) Prosedur identifikasi jamak;
4) Pematokan sasaran program yang sifatnya terdiferensiasi;
5) Orientasi staf dan peningkatan sikap kerja sama;
6) Rencana evaluasi
7) Peningkatan administrative.
Suatu panitia khusus dalam setiap sekolah perlu diadakan, terdiri
dari kepala sekolah, guru, orang tua, konselor dan pegawai administrasi yang bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari perlu dibentuk dalam merancang program ini.
Program seperti itu harus memenuhi beberapa kriteria kunci (Clark,1986), yaitu program itu harus:
1) Memberi kesempatan dan pengalaman yang sifatnya khusus sehingga mereka terus-menerus dapat mengembangkan potensinya;
2) Mengembangkan lingkungan bermutu untuk meningkatkan
intelegensi, bakat, perkembangan afektif dan intuitif;
3) Memberi peluang untuk pertisipasi aktif dan kooperatif antar siswa maupun dengan orang tua;
4) Menyiapkan tempat, waktu, dan stimulasi bagi siswa berbakat untuk menentukan sendiri kemampuanya;
5) Memberi peluang pada siswa berbakat untuk bertemu berbagai
individu berbakat untuk merasa tertantang mengembangkan dirinya;
6) Memberi stimulasi pada siswa berbakat untuk menentukan bidang
yang akan digelutinya dalam evolusi manusia dan menemukan apa
yang dapat mereka kontribusikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar